Satu Keluarga Tewas di Dalam Mobil Pengangkut Batu Akik
Mereka memilih tidur di dalam mobil kesayangannya itu.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mobil Daihatsu Grandmax hitam bernopol BD 1821 AH dengan bentangan garis polisi terparkir di halaman Mapolsek Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (17/4/2015) siang.
Mobil tersebut baru saja dibawa petugas kepolisian dari Jalan Bekasi Barat I, Rawa Bening, Jatinegara, Jaktim. Mobil itu menjadi saksi bisu satu keluarga asal Bengkulu yang coba mencari peruntungan dengan berjualan batu akik di Jakarta sekaligus saksi bisu tewasnya keluarga tersebut.
Dengan mobil tersebut, sehari-hari Buyung Haryanto (47) bersama istri, Desti (38) dan putranya, Chandra (4), coba mencari rezeki dan peruntungan dengan berjualan batu akik di Rawa Bening, yang memang sudah dikenal sebagai salah satu pusat penjualan batu akik di Jakarta.
Mereka menggelar dagangan bongkahan batu akik dari Bengkulu dengan membuka bagian pintu belakang mobil. Sejumlah baskom besar menjadi wadahnya.
Jika stok dagangan mulai berkurang atau habis terjual dalam tiga atau empat hari, keluarga tersebut kembali ke kampung halamannya di Kota Bani, Kecamatan Puri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, dengan mobil tersebut.
Mereka tidak mempunyai rumah atau pun menyewa kamar kontrakan/kostan selama beberapa hari mencari rezeki di Jakarta. Mereka memilih tidur di dalam mobil kesayangannya itu.
"Menurut saksi, mereka baru sekitar tiga atau empat hari berjualan batu akik dengan mobil ini. Rencananya siang ini mereka balik lagi ke Bengkulu," kata Kanit Reskrim Polsek Jatinegara, AKP Bambang Cipto saat menunjukkan mobil yang menjadi barang bukti tersebut di halaman kantornya.
Menurutnya, keluarga tersebut diduga tewas karena keracunan gas karbon monoksida (CO) bercampur asap dari obat nyamuk bakar saat terlelap tidur di dalam mobil tersebut.
Pantauan Tribun, sisa dagangan batu akik keluarga Buyung masih tergeletak di kursi belakang mobil.
"Obat nyamuk bakarnya elektrik, tinggal sisa abunya saja. Kami temukan di bawah kaki korban, dekat persneling. Sekarang sisa obat nyamuk bakarnya sudah kami amankan untuk barang bukti dan saksi ada empat orang, termasuk kakak korban," kata Bambang.
Kali pertama, keluarga tersebut ditemukan tewas oleh kakak Desti, yang juga berjualan batu akik di lokasi kejadian. Saat itu, pintu dan kaca mobil Buyung dalam kondisi tertutup rapat. Mesin dan AC mobil juga dalam kondisi mati.
Ketiga korban dalam posisi tak bergerak dengan letak tidak beraturan.
"Nah, kakak korban ini penasaran karena keluarga itu biasanya sudah bangun dan gelar dagangan jam 5 atau jam 5.30 pagi. Makanya dia datangi mobil itu. Pas diketok-ketok, mereka tidak bangun-bangun," jelasnya.
Buyung dan Desti tergeletak di dua kursi bagian depan mobil dengan posisi direbahkan. Semetara, anaknya tergeletak di kursi bagian tengah.
"Saat ditemukan, kelopak mata bapaknya mengeluarkan sedikit darah, hidung si ibunya memerah dan mulut anaknya keluar seperti busa. Dugaan sementara mereka keracunan gas CO," ujar Bambang.
Menurut Bambang, saat ditemukan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada sekujur tubuh ketiga korban. Karena itu, sejauh ini belum ada dugaan keluarga tersebut tewas karena pembunuhan.
Meski begitu, kepastian penyebab tewasnya keluarga asal Bengkulu yang berjualan batu akik itu masih menunggu hasil autopsi pihak RS Polri Kramat Jati, Jaktim.
"Tadinya pihak keluarga tidak mau korban diautopsi. Sementara dokternya ingin ketiga korban diautopsi untuk mengetahui lebih jauh penyebab kematian mereka. Karena dugaannya sekarang kan belum jelas. Tapi, akhirnya sepakat hanya si bapak yang diautopsi. Mudah-mudahan penyeban kematiannya bisa segera diketahui," tukasnya.