Setelah Cangkul Pasangan Kumpul Kebo, Samiran Mau Gantung Diri, Tapi Takut Mati
Berseragam tahanan warna oranye, Samiran (38) tak henti-hentinya mengernyitkan dahi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Berseragam tahanan warna oranye, Samiran (38) tak henti-hentinya mengernyitkan dahi. Terkadang matanya dipejamkan untuk menahan luka tembak di betis kanannya.
Kepada wartawan, Samiran bercerita motif pembunuhan yang dilakukannya terhadap Wagirah (35) pasangan kumpul kebonya di rumah kontrakan mereka Gang Sepakat RT 02/07, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi pada Minggu, 22 Maret lalu.
Samiran mengaku, sakit hati begitu mengetahui cintanya dikhianati oleh Wagirah. Padahal sejak menjalin tali kasih pada 2008 lalu, korban pernah berjanji akan sehidup semati dengan pelaku.
Samiran mengetahui sang pujaan hati berpaling ke pelukan pria lain, saat ia tak sengaja membuka pesan singkat di ponsel Wagirah. Dalam pesan singkat itu, Wagirah kerap mengirim dan menerima pesan romantis dari pria idaman lain.
Terbakar api cemburu, lalu Samiran menanyakan ihwal pesan singkat itu dengan nada tinggi. Namun Wagirah tidak mau menjawabnya dengan jelas. Tak puas dengan jawaban korban, lalu keduanya terjadi percekcokan. Setelah adu mulut, Samiran memutuskan pergi ke luar rumah untuk menenangkan diri.
Saat kembali ke rumah pada pukul 02.00, Samiran melihat korban tengah tertidur di kamar. Secara diam-diam, ia mengambil cangkul yang tersimpan di dapur dan memukulkan gagangnya ke Wagirah hingga perempuan itu pingsan di kasur.
Merasa belum puas, Samiran mencekik Wagirah sampai tewas. Pelaku pun panik dan berusaha 'menyusul' korban dengan menyayat pergelangan tangan kirinya dengan pisau.
Namun luka gores yang dialaminya tidak serius, lalu dia mengambil seutas tali untuk menggantung diri di dapur. Lagi-lagi, aksinya gagal lantaran ia takut dengan kematian.
Setelah membunuh, Samiran melarikan diri dengan uang Rp 1 juta milik korban ke kampung halamannya di Lampung. Saat kabur dari rumah, Samiran dirundung kegelisahan. Ia selalu Dibayangi Wagirah di dalam mimpi.
Selain masalah asmara, percekcokan keduanya juga dipicu adanya selisih pendapatan mereka. Wagirah selalu mengungkit pendapatan Samiran yang lebih kecil dibandingkan dirinya.
"Dia selalu ungkit pendapatan saya yang kecil, padahal saya cuma pekerja bangunan sedangkan dia tukang urut panggilan," ujar Samiran pada Selasa (21/4/2015).
Sebagai pekerja bangunan, pendapatan pelaku memang kecil dan tak menentu. Namun biasanya pelaku bisa memabwa pulang uang Rp 50.000-Rp 70.000 per hari. Berbeda bila dibandingkan Wagirah, di mana korban bisa membawa pulang uang Rp 100.000-Rp 300.000 per hari atau tergantung banyaknya panggilan pijit kepadanya.
Kapolresta Bekasi Kota, Komisaris Besar Rudi Setiawan mengatakan, usai membunuh korban pelaku memang berniat mengakhirinya nyawanya dengan menyayat pergelangan tangan dan menggantung diri. Namun hal itu urung dilakukan, karena pelaku takut dengan kematian.
"Pelaku juga mau gantung diri, hal ini diketahui saat polisi menemukan seutas tali tambang plastik di lokasi kejadian," kata Rudi. (Fitriandi Al Fajri)