Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemenhub: Dwelling Time di Pelabuhan adalah Masalah Klasik

Ini masalah dwelling time dari dulu.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kemenhub: Dwelling Time di Pelabuhan adalah Masalah Klasik
Warta Kota/Henry Lopulalan
Suasana bongkar muat di terminal peti kemas Pelabuhan Tanjungpriuk, Tanjungpriuk, Jakarta Utara, Selasa (23/9/2014). Presiden terpilih Joko Widodo akan membenahi semua pelabuhan di Indonesia. Salah satu yang dibenahi adalah dwelling time atau waktu tunggu kapal sejak bersandar hingga barang keluar pintu pelabuhan.(Warta Kota/Henry Lopulalan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Lalu Lintas Angkutan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Wahyu Hidayat, mengungkapkan bahwa masalah waktu bongkar muat peti kemas atau dwelling time ekspor-impor di sebuah pelabuhan merupakan masalah klasik.

Tidak terkecuali soal dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Ini masalah dwelling time dari dulu. Lama penumpukan barang sampai berhari-hari untuk barang itu keluar. Persoalan hanya pada waktu pertama dibongkar muat barang," kata Wahyu dalam diskusi bertajuk 'Ngeri-Ngeri Sedap Dwelling Time' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (1/8/2015).

Untuk mengatasi lamanya bongkar muat di pelabuhan, Wahyu mengatakan harus ada ketegasan dari pihak-pihak terkait bahwa pelabuhan itu harus dijadikan tempat bongkar muat barang dan bukan tempat penumpukan barang.

"Pelabuhan harus jadi tempat bongkar muat barang, bukan penumpukan barang. Di pelabuhan harus ada ketegasan, sampai kapan boleh penumpukan barang," ujar Wahyu.

Untuk itu, dirinya menyarankan agar ada sebuah sistem yang dibangun dalam bongkar muat di pelabuhan. Bahkan, dia sudah memiliki sebuah konsep yang bisa dijalankan di pelabuhan dan akan dipaparkan kepada pejabat-pejabat yang terkait masalah dwelling time ini.

"Jadi waktu saya jadi kepala otoritas pelabuhan kalau di Priok saya minta bisa memonitor dari HP, memang ini hanya insidentil. Tapi kan gak bisa gitu, harus ada sistem yang dibangun," kata Wahyu.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas