Pengebom Mal Alam Sutera Terlilit Banyak Utang
Dia hanya pegawai swasta biasa yang setiap hari pergi bekerja dan pulang ke rumah yang dibelinya secara kredit.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Leopard Wisnu Kumala (29) tak punya garis keturunan sebagai teroris dalam keluarganya. Demikian pula dia bukan anggota atau simpatisan jaringan teroris manapun.
Dia hanya pegawai swasta biasa yang setiap hari pergi bekerja dan pulang ke rumah yang dibelinya secara kredit. Berdasarkan data dari kepolisian, orangtua Leopard bekerja di perusahaan swasta di kawasan Cilegon, Banten.
Setelah lulus kuliah D3 di STTIKOM Insan Unggul, Leopard bekerja di sebuah bank ternama yang berkantor di sebelah Mal Alam Sutera, Kota Tangerang.
Tahun 2012, Leopard menikahi perempuan bernama R teman sewaktu di SMA. Setelah menikah dia membeli rumah secara kredit di Perumahan Banten Indah Permai (BIP) Blok B16 Nomor 16, Kota Serang, Banten.
Adapun motif Leopard menebar teror bom di Mall Alam Sutera, karena butuh uang. "Keuangan," jawab Leopard. "Saya terlibat utang banyak," katanya.
Leopard mengaku mengancam pengelola mal untuk memberikan uang dalam bentuk bitcoin (uang digital) yang kalau dijumlahkan mencapai Rp 300 juta. Namun, kata Leopard, pengelola Mall Alam Sutera hanya memberinya uang sedikit.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, lantaran sudah berkeluarga, saat belajar membuat bom, Leopard selalu sembunyi-sembunyi.
Dia hanya membuat bom pada saat istri dan anaknya sudah tidur. Leopard mengemas bom berbahan Mother of Satan atau induk iblis di dalam bungkus rokok Marlboro.
Karena itu, polisi sempat tegang pada saat akan mengamankan si induk iblis dalam bungkus rokok di rumah Leopard, pada Rabu (28/10/2015) petang.
Karena itu, untuk menjinakkan bom itu polisi terpaksa membawa Leopard ke rumahnya. Di meja yang ada di rumah Leopard, ada lima bungkus rokok dan polisi tak tahu bungkus mana yang berisi induk iblis itu.
"Makanya, kami tak berani menyentuh apapun dan membiarkan tim Densus yang menjinakkannya. Sebab, sentuhan atau getaran sedikit saja bisa membuatnya meledak," kata Krishna Murti saat jumpa pers di Main Hall Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (29/10) siang.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menjelaskan, nama bahan ini sebenarnya adalah TATP atau kependekan dari Triaceton Triperoxide.
Tapi, kemudian mendapat sebutan-sebutan lain, seperti Mother of Satan atau induk iblis karena sifatnya yang mengerikan.(Theo Yonathan)