Hibur Diri, Warga Kalijodo Bergosip tentang Saipul Jamil
"Daripada pusing," kata Aceng.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nina (60) duduk di depan warungnya memandangi Kanal Banjir Barat pada Sabtu (20/2/2016).
Dia berbincang-bincang dengan anaknya, Aceng (35).
Mereka menikmati saat terakhir di Kalijodo.
Mereka tinggal menunggu waktu pindah dari tempat itu.
Nina telah menerima surat peringatan (SP) 1 penertiban Kalijodo. Penertiban akan dilakukan pada Senin (29/2/2016).
Nina memegang dan melipat-lipat surat itu. Dia seolah tak mempercayai akan hengkang dari tempat itu.
Padahal, dia sudah tinggal sejak tahun 1981.
Selama 35 tahun mencari nafkah di sana. Dia membuka usaha warung makanan.
Belakangan penghasilan berkurang karena para pekerja seks komersial (PSK) telah pergi.
Informasi penertiban Kalijodo diterima saat menonton televisi. Dia melihat running text salah satu stasiun TV menuliskan "Penertiban Kalijodo".
"Hah, ada penggusuran di Kalijodo," kenang dia.
Semula dia tak mempercayai.
Namun, saat melihat aparat kepolisian datang ke tempat itu dan memberikan SP 1 pada Kamis (18/2/2016), dia mempercayai hal tersebut.
"Saya kaget. Percaya tak percaya. Setelah aparat kepolisian datang, saya baru mengetahui. Geger. Baru kali ini saja begini. Dari dulu begini pernah begini ada polisi," kata dia.
Berangsur-angsur warga meninggalkan kawasan itu. Cafe-Cafe ditutup. Warga mulai mengangkuti barang.
Suasana sepi terlihat saat aparat gabungan mendatangi kawasan untuk operasi penyakit masyarakat pada Sabtu pagi.
Nina bersama Aceng merupakan warga tersisa. Seorang warga lainnya sempat singgah di warung tersebut.
Sambil tersenyum, mereka menanyakan kepada wanita itu kapan meninggalkan Kalijodo.
Keluarga telah memutuskan pulang ke kampung halaman di Serang, Banten.
Keputusan dibuat karena mereka tak dapat menyambung hidup apabila bertahan di sana.
Sebab tak ada lagi aktivitas transaksi prostitusi di sana.
Pada hari biasa, mereka menjual makanan dan minuman untuk para pria hidung belang dan pekerja seks komersial (PSK).
Selama kurun waktu satu hari, mereka mendapatkan uang sebesar Rp 200.000.
"Pria hidung belang dan wanita tak ada. Tak ada pemasukan. Biasa Rp 100 sampai Rp 200 ribu," tambahnya.
Meskipun tinggal menunggu waktu pindah dari tempat itu, namun tawa dan canda masih terdengar dari ibu dan anak itu.
Mereka berbicara mengenai berita terkini termasuk Saipul Jamil yang ditetapkan tersangka kasus pencabulan anak.
"Daripada pusing," kata Aceng.