Berpenyakit, Kuda Delman Monas Akan Ditertibkan
Mangara Pardede mengatakan pihaknya akan menertibkan kuda delman yang beroperasi di kawasan Monas.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gemerincing lonceng serta ketukan sepatu kuda yang beradu di aspal kawasan sekitar Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat sepertinya akan menjadi kenangan.
Tidak ada laginya kuda delman yang beroperasi di kawasan Monas memang beralasan, menyusul buruknya kesehatan kuda delman yang dinilai dapat membahayakan manusia.
Keputusan sulit tersebut diambil oleh Wali Kota Jakarta Pusat, Mangara Pardede berdasarkan laporan pemeriksaan kesehatan terhadap puluhan kuda delman yang diperiksa oleh petugas Sudin Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan (KPKP) Jakarta Pusat di Silang Timur Monas pada Minggu (6/3) siang.
Dalam pemeriksaan tersebut, pihak Sudin KPKP Jakarta Pusat yang dibantu puluhan petugas Satpol PP Jakarta Pusat berhasil menjaring sekaligus memeriksa kesehatan sebanyak 31 ekor kuda delman yang diketahui beroperasi di kawasan Monas.
Seluruh kuda yang terlihat lengkap dengan kereta delmannya itu kemudian diarahkan masuk ke dalam kawasan Monas untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
Layaknya terminal angkutan umum, seluruh kuda dibariskan dan diambil sampel serta diperiksa bagian tubuhnya, diantaranya bagian mulut seperti gigi geligi, gusi serta bagian hidung, mata, telinga, kulit, anus hingga feses atau kotoran kuda.
Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui suhu tubuh kuda, tekanan darah serta penyakit yang mungkin diidap kuda.
"Ada lima tahapan pada pemeriksaan, pemeriksaan gigi geligi untuk mengetahui usia, pemeriksaan gusi untuk suhu tubuh, hidung dan mata untuk indikasi penyakit, sedangkan anus dan kotoran untuk melihat ada bakteri apa saja yang diidap kuda," ungkap Mulyadi.
Usai dilakukan pemeriksaan, semua data dicatat sesuai dengan identitas kuda dan pemiliknya. Sementara, sampel feses yang didapatkan akan diuji menggunakan tiga metode, yakni natif, sedimentasi dan sentrifuse di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan, Teknologi Peternakan dan Pengujian Mutu Hasil Peternakan, Dinas Pertanian Kelautan dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta.
Pemeriksaan tersebut lanjutnya, bertujuan untuk mengetahui kandungan feses kuda delman. Sebab, berdasarkan pemeriksaan feses pada beberapa waktu lalu, pihaknya menemukan adanya bakteri Strongyloides sp atau lebih dikenal dengan cacing pita dan bakteri Clostridium Tetani pemicu tetanus pada feses atau kotoran kuda delman yang beroperasi di kawasan Monas.
"Kondisi kuda memprihatinkan, tidak terawat. Kita khawatir ada penyakit lainnya yang diidap kuda. Makanya semua sampel kita bawa ke laboratorium supaya diperiksa, jangan sampai kuda jadi pembawa sekaligus penyebaran bakteri dan penyakit seperti tetanus, itu bahaya," tutupnya.
Terkait hal tersebut, Wali Kota Jakarta Pusat, Mangara Pardede mengatakan pihaknya akan menertibkan kuda delman yang beroperasi di kawasan Monas. Dengan catatan, seluruh hasil pemeriksaan maupun uji laboratorium terkait pemeriksaan kuda sudah rampung dilakukan.
"Kita akan tunggu hasil uji laboratoriumnya, kalau terbukti kuda mengidap penyakit dan bakteri, kita akan tertibkan. Relokasi sesuai dengan usulan Sudin KPKP yang rencananya akan membawa semua kuda ke Taman Margasatwa Ragunan, karena saya tidak ingin kuda ini menjadi pembawa sekaligus penyebaran virus berbahaya," jelasnya.
Tidak hanya terkait dengan kesehatan, rencana penertiban pun disampaikannya lantaran kusir delman diketahui juga didominasi oleh anak di bawah umur. Padahal, lanjutnya, kuda merupakan hewan besar yang mungkin dapat membahayakan masyarakat umum.
Seiring dengan penertiban tersebut, Ilyas (42) milik kuda delman mengaku resah atas keputusan Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat tersebut.
Sebab, kuda delman yang setiap hari dikemudikannya itu merupakan satu-satunya sumber nafkah bagi keluarganya.
"Kalau memang sudah jalannya begitu ya apa boleh buat, tapi kalau memang bener mau ditertibin, saya minta supaya dikasih kesempatan lagi buat usaha. Misalnya di dalem Ragunan nanti, soalnya kalo nggak gitu, saya sekeluarga mau makan apa, belum lagi buat biayain makan kuda saya," ungkapnya singkat.
Penulis: Dwi Rizki