Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pengunjung Gerhana Matahari, Bawa Anak Hingga Tidak Kebagian Kacamata

Momen langka Gerhana Matahari Total benar-benar dimanfaatkan Reni (30) untuk mengajak kedua buah hatinya, Zalfa dan Mizam.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Sanusi
zoom-in Kisah Pengunjung Gerhana Matahari, Bawa Anak Hingga Tidak Kebagian Kacamata
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga menyaksikan proses fenomena alam gerhana matahari di Pantai Ancol, Jakarta, Rabu (9/3/2016). Gerhana matahari di Jakarta mencapai 88,74 persen dan berlangsung dari pukul 06.19 hingga pukul 08.31 WIB. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen langka Gerhana Matahari Total benar-benar dimanfaatkan Reni (30) untuk mengajak kedua buah hatinya, Zalfa dan Mizam.

Reni mengajak kedua anaknya karena gerhana matahari adalah peristiwa alam yang sangat langka dan sekaligus memberikan pendidikan kepada dua anaknya.

"Ini juga sekaligus pengetahuan buat anak-anak. Mereka juga sudah diberi penjelasan oleh guru-gurunya di sekolah," kata Reni di roof top Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan Alam dan Tekonologi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (9/3/2016).

Reni memang sudah niat mengaja kedua anaknya. Mereka berangkat dari Bogor kemarin dan menginap di Jakarta.

Kedua anak Reni terlihat senang menikmati gerhana. Kedunya juga sudah memliki kacamata khusus untuk menyaksikan gerhana. Zalfa sendiri mengaku sudah tahu apa itu gerhana.

"Matahari tertutup bulan tanggal sembilan Maret," kata dia.

Zalfa pun mengaku pemandangan gerhana yang dinikmatinya tadi pagi sangat bagus.

BERITA REKOMENDASI

Sementara itu pengunjung lainnya, Aditia Revianur, juga sudah bersiap kemarin. Karena memiliki teman yang kerja di PP IPTEK, dia pun memilih menginap di TMII. Sayang sekali, Adit tidak kebagian kaca mata. Saat dirinya mulai naik sekitar pukul pukul 07.00 WIB, kaca mata sudah habis.

"Tadi saya salat dulu. Waktu ke sini ternyata kata matanya sudah habis," kata dia.

Adit pun terpaksa pinjam-meminjam kaca mata dengan pengunjung lainnya untuk menyaksikan gerhana tersebut. Walau tidak mendapat kacamata, Adit mengaku puas. Pasalnya, Adit mengaku tetap bersukur bisa menyaksikannya karena ini adalah momen langka.

"Ini kan fenomena alam yang tidak terjadi setiap tahun. Ini juga bisa jadi hiburan bagi warga Jakarta untuk melepas penat," kata mahasiswa pascasarjana Arkeologi itu.

Adit pun memberikan pujian kepada petugas PP IPTEK karena menyediakan teleskop dan layar monitor bagi pengunjung.

"Baguslah. Teleskopnya banyak sehingga bisa memecah konsentrasi pengunjung. Kan pengunjung tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu mengantre berlama-lama untuk melihat gerhana," tukas Adit.

PP IPTEK sendiri mengakui hanya menyediakan 40 kaca mata kepada para pengunjung. Ternyata minat masyarakat cukup tinggi. Tercatat 220 pengunjung membubuhkan namanya di daftra hadir.

"Animo masyarakat bisa lihat tadi ramai ya. Memang lebih dari yang kita perkirakan. Alhamdulilah cuaca di Jakarta cerah sehingga gerhana matahari bisa dilihat secara jelas," kata Staf Divisi Pogram Pendidikan PP IPTEK, Sri Wahyu Cahya Ningsih.

Selain menyediakan kacamata, PP IPTEK juga menyediakan tiga teleskop celestron dan satu buah teleskop coronado. celestron bisa langsung digunakan pengunjung sementara coronado dioperasikan petugas dan dihubungkan ke layar monitor besar.

Pengunjung bisa melihat langsung ke layar monitor. Selailn itu, PP IPTEK juga menyediakan pemutaran film gratis .

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas