Saat Gorong-gorong Dekat Istana Jadi 'Tambang' Timah dan Tembaga
"Itu sedang dipelajari. Dinas minggu depan kami panggil. Logikanya kalau ada anggaran, mengapa kabel-kabel itu lama ditinggalkan? Anggarannya dikemana
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan kilo tembaga dan timah bisa didapatkan para pelaku pencurian kabel di dalam gorong-gorong dekat istana.
Dikatakan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian ada jaringan kabel-kabel PLN dan Telkom berusia lama di dalam gorong-gorong.
Perusahaan menganggap kabel yang sudah berumur senja tersebut tak diangkat karena butuh biaya yang tinggi untuk mengangkatnya.
Hal tersebut yang membuat kelompok spesialis pencuri kabel memanfaatkannya untuk merauk keuntungan yang besar.
"Ada kelompok pelaku spesialis mencuri kabel. Kelompok gorong-gorong ini kadang-kadang memulung, tetapi memulung pendapatannya kecil, ini pendapatannya besar," tutur Tito.
Mereka masuk ke dalam gorong-gorong, kemudian memotong kabel-kabel tersebut 30 centi meter sampai 1 meter sesuai ketentuan.
Lalu kabel pun dikupas dari kulitnya kemudian diambil unsur tembaga dan timahnya saja.
Tentu saja logam tersebut memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Tembaga dijual Rp 40 ribu per kilo gram, sementara timah dijual Rp 12 ribu per kilo gram, sedangkan besi harganya sekitar Rp 3 ribu untuk satu kilo gramnya.
"Mereka masuk malam keluar malam lagi. Bisa dua sampai tiga hari bertahan di sana," kata Tito.
Melihat kulit kabel yang mencapai puluhan truk, proses pencurian kabel tersebut berjalan cukup lama.
"Ini mereka melakukan sudah cukup lama berbulan-bulan tak heran tumpukan sedemikian lama, bayangkan mereka bekerja tiap hari," ucap dia.
Tito menambahkan cara bekerja para pelaku ini mirip seperti kelompok penganggsir.
Penganggsir modus mencuri gedung, kantor, toko dengan cara mengangsir.
800 Kilo Gram
Sementara Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Mujiono, mengatakan komplotan pencuri mengincar unsur logamnya saja yang ada di dalam kabel.
Sementara itu, bungkusan kabel dibuang karena tak mendapatkan keuntungan.
"Sisa gulungan kabel dijual Rp 1000 per kilo gram. Tembaga Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu per kilo gram dan Timah Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu per kilo gram," kata Mujiono.
Dikatakan dia, bila diangkat gulungan kabel bersama kulit-kulitnya, nilai ekonominya kecil.
"Tak heran sisa gulungan kabel ada 26 truk," imbuh Mujiono.
Menurut dia, komplotan pencuri kabel beraksi rata-rata selama empat bulan, lima bulan, dan delapan bulan.
Mereka berada di gorong-gorong sekitar 2 hari.
Selama tiga minggu mereka mampu mengumpulkan 800 kilo gram timah dan tembaga.
Mereka mengetahui ada kabel setelah melihat salah satu instansi melakukan bongkar kabel di trotoar.
Tersangka ahli di bidang kabel sehingga mereka dapat mengidentifikasi ini kabel lama atau baru.
"Kami mempunyai peta pelaku pencurian kabel di bawah tanah. Kami sudah punya data tinggal dikembangkan. Doakan saja dalam waktu singkat bisa ketahuan," kata dia.
Setelah mengambil timah dan tembaga, kedua unsur itu dijual ke penadah atau pengepul besi-besi tua di wilayah Kemayoran, Senen, Tanah Abang, dan Manggarai.
Sejauh ini penadah belum ditangkap karena masih melarikan diri.
"Kami sudah tahu semua. Para tersangka menjual di lingkungan Jakarta," katanya.
Kabel Lama Ditinggal
Setelah mengungkap kasus penemuan kulit kabel dalam gorong-gorong di Jalan Medan Merdeka Selatan, aparat kepolisian akan mengembangkan kasus tersebut.
Kanit III Subdit Sumdaling Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya, Komisaris Dedy Anung, mengatakan aparat kepolisian akan menelusuri dugaan korupsi anggaran pemeliharaan kabel.
"Jadi itu beda Subdit, kalau pengembangan. Kemarin memang satgas jadi semua subdit terlibat. Episode selanjutnya ke Subdit Tipikor," tutur Dedy, Jumat (11/3/2016).
Sementara itu, Kasubdit Tindak Pidana Korupsi Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya, AKBP Ferdi Setiawan, mengatakan pemeriksaan dilakukan ke PLN, Telkom, Dinas Tata Air, dan Bina Marga.
Aparat kepolisian akan mencaritahu apakah di dalam gorong-gorong ada anggaran pemeliharaan terkait dalam proyek Telkom/PLN untuk merapihkan sisa kabel yang sudah lama atau tak terpakai.
"Itu sedang dipelajari. Dinas minggu depan kami panggil. Logikanya kalau ada anggaran, mengapa kabel-kabel itu lama ditinggalkan? Anggarannya dikemanakan?" katanya. (Tribunnews.com/ Glery)