Suhu Politik Cepat Panas, Karena Faktor Ahok dan Gubernur DKI Bisa Jadi Presiden
Panasnya persaingan tersebut, ditengarai karena dua faktor.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suhu politik jelang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dinilai terlalu cepat panas.
Panasnya persaingan tersebut, ditengarai karena dua faktor.
Pertama faktor petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan posisi gubernur yang menjadi pijakan jadi Presiden RI.
"Pertama figur Ahok menurut saya magnet realitas politik kita hari ini. Kita tahu lah Ahok memiliki ciri-ciri gaya komunikasi kepemimpinan," kata Direktur Polcomm Institute Heri Budianto saat diskusi bertajuk Kontestasi Pilgub DKI di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (12/3/2016).
Faktor ke-dua, lanjut dia adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada tahun 2014 berhasil memenangkan Pemilihan Umum Presiden tahun 2014.
Kondisi tersebut, kata dia, menyebabkan partai politik sebagai pengusung calon gubernur, melihat peluang tersebut.
Kata Heri, semua partai politik melakukan kalkulasi dan segala macamnya untuk memenangkan Pilgub DKI Jakarta.
"Kalau PDI Perjuangan mampu usung gubernur jadi presiden, tentu partai lain juga ingin begitu. Jakarta juga pusat dari perhelatan politik nasional. Arena sudah dimulai dari sekarang," kata dia.
Heri pun mengatakan tanda-tanda dimulai panasnya Pilgub DKI adalah munculnya deparpolisasi.
Heri mengingatkan isu sebenarnya merugikan partai politik.
"Dari kacamata pemasaran politik ini permainan sudah dimulai. Semua harus waspada karena hari ini dengan adanya kasus ini semua parpol mesti harus selamatkan diri karena kan deparpolisasi menyudutkan partai," tukas Heri.