BNPB: Katulampa Siaga 1, Jakarta Tidak Akan Banjir Besar
Diperkirakan banjir yang terjadi tidak besar.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hujan berintensitas tinggi di kawasan hulu daerah aliran sungai Ciliwung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyebabkan tinggi muka air (TMA) stasiun Bendung Katulampa melonjak tinggi pada Jumat (1/4/2016).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan pengamatan TMA di Bendung Katulampa mencatat 200 cm pada pukul 17.00 WIB yang berarti level siaga satu. Level ancaman tertinggi dari banjir.
"Pusdalops BPBD Provinsi DKI Jakarta segera menginformasikan TMA kepada semua pihak menggunakan jalur sosial media dan lainnya agar masyarakat dapat mengantisipasi banjir di kawasan bantaran Sungai Ciliwung," kata Sutopo lewat pesan singkat, Jumat (1/4/2016).
Berikut kronologi kenaikan TMA di Bendung Katulampa :
Pukul 16.00 WIB, TMA ; 80 cm (siaga 3)
Pukul 16.35 WIB, TMA ; 130 cm (siaga 3)
Pukul 16.40 WIB, TMA ; 150 cm (siaga 2)
Pukul 16.45 WIB, TMA ; 180 cm (siaga 2)
Pukul 17.00 WIB, TMA ; 200 cm (siaga 1)
Pukul 17.30 WIB, TMA : 250 cm (siaga 1)
Pukul 18.00 WIB, TMA : 150 cm (siaga 2)
"Diperkirakan sekitar 6 sampai 9 jam atau pada Jumat (1/4/2016) pukul 22.00 sampai Sabtu (2/4/2016) pukul 02.00 Wib, air akan sampai Pintu Air Manggarai," kata Sutopo.
Untuk mengantisipasi wilayah yang kemungkinan akan terdampak banjir adalah bantaran sungai di daerah Srengseng Sawah, Pejaten Timur, Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Balekambang, Cawang, Kebon Baru, Bukit Duri, Cililitan, Bidara Cina dan Kampung Melayu.
"Diperkirakan banjir yang terjadi tidak besar. Hanya berupa genangan di bantaran sungai Ciliwung yang telah tumbuh banyak permukiman di kawasan tersebut," katanya.
Sutopo mengatakan, banjir besar tidak terjadi karena ruas sungai lain sepanjang Sungai Ciliwung tinggi muka airnya normal (Siaga 4), hujan tidak merata dan siaga satu hanya berlangsung satu jam saja.
Tingginya fluktuasi debit sungai Ciliwung antara siaga 4 berubah secara cepat menjadi siaga 1, kemudian turun ke siaga 4 kembali atau normal mengindasikan bahwa DAS Ciliwung sudah sakit atau kritis.