Kalau Dibebaskan, Keluarga Kapten Rian Akan Gelar Syukuran
Apabila harapan itu terkabul, keluarga akan menggelar syukuran guna memanjatkan doa.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI-- Keluarga Moch Arianto Misnan alias Rian (23) masih menaruh harapan, anak ketiga dari lima bersaudara itu bisa bebas dari kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina.
Apabila harapan itu terkabul, keluarga akan menggelar syukuran guna memanjatkan doa.
"Keluarga sudah sepakat, apabila Rian pulang dalam kondisi selamat kami akan gelar syukuran. Nanti kita juga undangan rekan pers untuk ikut dalam acara ini," ujar Moch Indra Purwanto (26) selaku kakak kedua Rian pada Minggu (1/5/2016).
Namun demikian, kata Indra, sejauh ini keluarga belum mendapat kabar terbaru soal kondisi Rian. Apalagi pas disandera pada Jumat (15/4) lalu, keluarga sudah putus hubungan (lost cantact) dengan Rian.
Keluarga sudah berupaya meminta perusahaan di tempat Rian bekerja untuk membantu membebaskan Rian.
"Sejauh ini perusahaan bilangnya mau bantu untuk menebus Rian yang disandera. kelompok Abu Sayyaf. Tapi sampai saat ini saya belum tahu perkembangannya," kata Indra
Melati Ginting (52) ibu kandung Rian menambahkan, Jumat (29/4) lalu dia sudah berupaya menelpon perusahaan Rian bekerja.
Namun karena karyawan di perusahaan itu sedang rapat (meeting), makanya sambungan telepon Melati buru-buru diakhiri.
"Waktu itu sih bilangnya lagi ada meeting, nanti Senin (2/5) saya coba lagi menghubungi untuk kepastiannya," ujar Melati.
Sambil menunggu kabar dari kantor Rian, Melati tetap berencana bakal berkunjung ke Kantor Kementerian Luar Negeri dan Istana Negara di Jakarta.
Hal itu dilakukan, aggar pemerintah terus menjalin koordinasi dan mengupayakan pembebasan Rian di kelompok militan itu.
"Saya masih nunggu gaji Rian dari perusahaannya. Nanti begitu saya terima, saya akan ke Jakarta," jelas Melati.
Rian merupakan kapten kapal TB Henry milik PT Global Trans Energy Internastional Grahabaramukti yang berdomisili di Harmoni, Jakarta Pusat. Rian bersama tiga anak buah kapal (ABK) di kapal itu ditawan saat berlayar di perairan Internasional Tawi-tawi, perbatasan Malaysia dengan Filipina.
Sebetulnya, kapal pengangkut batubara itu bisa saja tidak dibajak, apabila kepulangan mereka ke Indonesia dari Filipina kembali dikawal oleh kapal perang Indonesia. Sementara enam ABK lainnya tak disandera, karena mereka bersembunyi di ruang mesin. (Fitriyandi Al Fajri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.