Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Survei Beda Tipis, Bukan Tak Mungkin Yusril Kalahkan Ahok

dengan angka yang beda sekitar lima persen tersebut tidak menutup kemungkinan Petahana akan disalip.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Hasil Survei Beda Tipis, Bukan Tak Mungkin Yusril Kalahkan Ahok
TRIBUNNEWS.COM
Foto Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan pakar hukum Tata Negara, Profesor Yusril Ihza Mahendra 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI) menyebutkan, nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam Pilgub DKI 2017 tidak terlalu dominan seiring bermunculannya sejumlah nama bakal calon lain.

Dalam survei yang menggunakan metode multistage random dengan jumlah sampel 440 orang dari enam wilayah Jakarta, dan margin error 4,8 persen pada rentang waktu 21 sampai 27 Mei 2016 itu menyebutkan, jika Pilgub DKI dilakukan dalam waktu dekat maka elektabilitas Ahok tetap tertinggi dengan 23 persen.

Sementara Yusril berada di posisi kedua dengan 19 persen, atau selisih empat persen dari elektabilitas Ahok.

Di posisi ketiga dan empat ada Tri Rismaharani dan Sandiaga Uno dengan enam persen.

Direktur Eksekutif pada Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Strategis Ahmad Nasuhi menilai, tren tersebut patut dicermati oleh calon petahana.

Sebab dengan angka yang beda sekitar lima persen tersebut tidak menutup kemungkinan Petahana akan disalip.

"Kalau benar begitu Yusril sangat bisa kalahkan Ahok. Lima persen itu rentang margin error lho," kata Nasuhi kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (4/6/2016).

BERITA REKOMENDASI

Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, lantaran Ahok dan tim sejauh ini tak mampu meyakinkan publik terkait berbagai isu yang merugikan nama baiknya.

"Soal reklamasi, isu barter kebijakan itu luar biasa. Belum lagi PTUN yang mengabulkan gugatan nelayan," ujarnya.

Nasuhi memprediksi, isu tersebut bakal terus berlanjut. Meski upaya ini terbilang tidak mudah, tapi menurutnya, hanya inilah jalan satu-satunya bagi Ahok untuk menjaga kantong elektabilitasnya.

Lebih lanjut katanya, jika sampai dua bulan jelang Pilkada isu tersebut belum tuntas, maka sangat mungkin Ahok dikalahkan bakal calon lain.

"Kuncinya harus clear," kata Nasuhi.


Diberitakan sebelumnya, Direktur Riset LSPI, Zulfan Haris dalam konferensi pers, mengatakan bahwa Ahok sebagai incumbent tergambar tidak cukup kuat di masyarakat seiring dengan mulai munculnya beberapa penantang.

Dalam simulasi empat nama calon gubernur, elektabilitas Ahok masih memimpin dengan 36,4 persen, disusul Yusril 29,8 persen, Rismaharani 9,5 persen dan Sandiaga Uno 2,5 persen dan dengan angka 21,8 persen yang masih belum memutuskan untuk memilih.

Menurut Zulfan, meskipun incumbent memimpin tren pilihan pemilih Jakarta seperti‎ tergambar dalam data di LSPI, namun peluang calon penantang untuk‎ memenangkan Pilkada DKI jakarta masih sangat terbuka lebar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas