Narapidana Kabur Ditangkap, Sang Kakak: Pak Polisi Jangan Bawa Adik Saya
Tangis histeris mengiringi penangkapan Anwar alias Rijal, narapidana yang kabur dari Rutan Salemba beberapa waktu lalu.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tangis histeris mengiringi penangkapan Anwar alias Rijal, narapidana yang kabur dari Rutan Salemba beberapa waktu lalu.
Satu kakak Anwar, Linda menangis histeris saat sang adik dibekuk polisi di rumah salah satu keluarganya di Kampung Barengkok, Batok, Tenjo, Kabupaten Bogor pada Kamis (14/7) sekitar pukul 18.00 WIB.
"Jangan bawa adik saya, saya baru ketemu dia lagi," ucap Linda sambil beraung-raung di lokasi.
Mendengar tangisan histeris Linda, salah satu kakak laki-laki Anwar bernama Andri mencoba menenangkan.
Namun bukannya berhenti menangis, Linda malah semakin histeris. Ia terus meronta-ronta saat melihat adiknya di borgol dan hendak dibawa polisi ke mobil.
"Anwar, Anwar, Anwar jangan pergi," teriak Linda.
"Pak polisi jangan bawa adik saya," sambung Linda.
Selain Linda, para keponakan Anwar yang masih kecil-kecil juga ikut menangis. Mendengar tangisan keluarga Anwar, tak mengurungkan niat polisi untuk membawa Anwar mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti langsung memerintahkan jajarannya untuk segera membawa Anwar ke dalam mobil berwarna silver.
"Sudah cepat masukkan ke mobil," ucap Krishna.
Anwar merupakan narapidana dalam kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur.
Perbuatan keji dan sadis Anwar terjadi pada 22 Oktober 2015 di area perhutani Petak 17 Resort Pemangkuan, Hutan Tenjo, Desa Pangaur, Jasinga, Kabupaten Bogor.
Ia sedang menjalani sidang putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 23 Juni lalu terkait kasus tersebut.
Majelis hakim yang dipimpin Binsar Gultom memvonis hukuman penjara seumur hidup kepada Anwar. Putusan hakim itu sesuai dengan tuntutan jaksa penuntut umum.
Tidur di Hutan
Selama bersembunyi di kawasan Jasinga Bogor, Anwar kerap tidur di hutan. "Yang bersangkutan selama pelariannya tidur di hutan," ujar Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Budi Hermanto.
Namun pada siang harinya, Anwar kerap muncul di pemukiman warga di sekitar tempat ia bersembunyi.
Budi menjelaskan tempat persembunyian Anwar berjarak lima kilometer dari tempat dia membunuh AAP (12).
"Tempat persembunyiannya itu, dari TKP dia membunuh korbannya itu sekitar lima kilometer," ucapnya.
Pihak keluarga Anwar sempat mengaku melapor ke polisi terkait keberadaan Anwar di Kampung Barengkok, Batok, Tenjo, Kabupaten Bogor.
Laporan itu dilakukan keluarga setelah mengetahui Anwar menjadi buruan polisi.
Kakak ipar Anwar bernama, Nining mengatakan dirinya melapor polisi lantaran takut adiknya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pasalnya, polisi telah menyebar foto Anwar di berbagai media.
"Saya lapor polisi, takut Anwar diamuk masa karena foto dia sudah pasang foto-foto di mana-mana," ujar Nining di lokasi penangkapan, Kamis sore.
Nining pun mengungkapkan, suaminya telah menyarankan agar Anwar menyerahkan diri. Namun, nasihat suaminya tidak diindahkan oleh Anwar.
Budi Hermanto membantah pihak keluarga melaporkan keberadaan Anwar di lokasi tersebut. Menurut, Budi jika keluarga melapor polisi sudah sejak awal pelarian Anwar ditangkap.
"Krimum Polda Metro Jaya membantah keluarga melapor keberadaan Anwar karena takut akan diamuk massa, ini murni kerja keras polisi di lapangan dari interogasi saksi," ucap Budi.
Kanit V Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kompol Handik Zusen menambahkan penangkapan Anwar hasil kerja keras tim khusus yang menyebar ketempat sanak saudara Anwar.
Tim tersebut mengetahui alamat keluarga Anwar karena saat kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang dilakukan Anwar, jajaran Resmob juga yang mengungkap.
"Intinya bukan keluarga yang melapor keberadaan Anwar. Tapi ini karena hasil penyelidikan polisi yang ngejar Anwar dari hari kedua Lebaran sampe hari ini. Nah kami pantau itu rumah-rumah keluarganya semua," kata Handik. (tribunnews/glery lazuardi/kompas.com)