Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puluhan Truk Antre di TPST Bantar Gebang, Tak Bisa Buang Sampah

Armada itu sengaja diparkir oleh para sopir, karena alat berat berupa ekskavator ditarik kembali oleh pengelola yang lama.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Puluhan Truk Antre di TPST Bantar Gebang, Tak Bisa Buang Sampah
Wartakotalive.com/Fitriyandi Al Fajri
Puluhan truk sampah DKI Jakarta mengantre di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (20/7) siang. 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Puluhan truk sampah DKI Jakarta mengantre di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (20/7/2016) siang.

Armada itu sengaja diparkir oleh para sopir, karena alat berat berupa ekskavator ditarik kembali oleh pengelola yang lama.

Ditariknya alat berat itu oleh PT Godang Tua Jaya (GTJ) menyusul adanya surat pemutusan kontrak kerjasama antara DKI dengan pengelola.

Pantauan Warta Kota di lapangan, panjang antrean mengular hingga 300 meter.

Truk berwarna oranye itu, diparkir di tepi jalan di dalam kawasan TPST yang mengarah ke zona III.

Hal ini, rupanya dikeluhkan oleh para sopir karena mereka harus menunggu sampai alat berat milik Pemprov DKI tiba di lokasi.

"Sampahnya belum bisa dibuang ke lokasi pembuangan karena tidak ada alat berat," kata Sigit Purwanto (34) sopir truk sampah DKI saat ditemui di lokasi pada Rabu (20/7).

Berita Rekomendasi

Sigit mengaku, tiba di TPST Bantargebang dari Pasar Senen, Jakarta Pusat sejak pukul 09.00.

Namun sampai pukul 13.00, sampah pasar yang dia bawa belum kunjung dibuang ke lokasi setempat.

"Biasanya siang kayak gini sudah balik ke Jakarta untuk ambil sampah berikutnya," ujar Sigit.

Senada diungkapkan oleh Joni (34), sopir truk sampah lainnya.

Joni mengaku, terpaksa harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli makanan dan rokok karena sampai siang belum kembali ke Jakarta.

Guna mengisi kejenuhan, Joni lalu berbincang dengan para sopir lainnya.

Dia pun mengaku rugi dengan kejadian ini, karena jam kerjanya menjadi bertambah, namun upah yang diterima tetap sama.

"Upah tetap saja Rp 3,1 juta, padahal nunggu sampah sampai sore," kata Joni. (Fitriyandi Al Fajri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas