Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Layar Bioskop Tak Bertambah Meski Industri Film Indonesia Marak

Ketua Aprofi Sheila Timothy mengatakan pertumbuhan industri perfilman ditandai dengan kenaikan produksi film Indonesia yang cukup pesat.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Layar Bioskop Tak Bertambah Meski Industri Film Indonesia Marak
Banjarmasin Post/ Rahmadhani
Cinema XXI Duta Mall Banjarmasin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) menyatakan pertumbuhan industri perfilman di Indonesia tidak diimbangi dengan penambahan layar bioskop.

Ketua Aprofi Sheila Timothy mengatakan pertumbuhan industri perfilman ditandai dengan kenaikan produksi film Indonesia yang cukup pesat.

Dia menjabarkan produksi film Indonesia pada tahun 2001 sebanyak empat film, kemudian pada tahun 2014 produksi film bertambah menjadi 126 film dan tahun 2015 produksi film sudah mencapai 200 film.

Namun, peningkatan produksi film ini kurang diikuti penambahan layar bioskop.

"Peningkatan tersebut kurang diikuti penambahan jumlah layar. itu salah satu kendala selain kualitas film Indonesia juga harus terus diperbaiki," ujarnya saat ditemui usai dialog investasi yang bertema "Prospek Investasi Sektor Perfilman RI," di kantor BKPM, Jakarta, Kamis (21/7/2016).

Menurut dia, dilihat dari jumlah populasi penduduk, Indonesia memerlukan layar bioskop sebanyak 2.000-2.500.

Namun, saat ini Indonesia hanya mempuyai 1.118 layar bioskop saja.

Berita Rekomendasi

"Kalau dibandingkan dengan Beijing, jumlah layarnya sama dengan layar di Indonesia, cuma jumlah penduduknya hanya 22 juta orang. Tapi kita nggak cuma bicara soal layar saja. Di industri film ini kan ada tiga sektor dari mulai produksi, distribusi, dan eksibisi," ucapnya.

Deputi Hubungan antar Lembaga dan Wilayah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Endah Wahyu Sulistianti menambahkan dengan jumlah layar yang minim, bisnis industri perfilman kurang menguntungkan.

"Jadi bagi pengusaha perfilman, bioskop itu ibarat toko. Jadi jualan tapi tokonya nggak ada, kalaupun ada tokonya, jualannya cuma 3 hari, sementara biaya produksi terus meningkat," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas