Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hari Anak Nasional, Teguh Desak Pemerintah Lakukan Ini untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Masih banyak masyarakat awam yang karena tidak atau kurang paham seringkali bertindak tidak tepat saat berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus.

Editor: Robertus Rimawan
zoom-in Hari Anak Nasional, Teguh Desak Pemerintah Lakukan Ini untuk Anak Berkebutuhan Khusus
IST
Teguh Santosa. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, sudah sepantasnya memberikan perhatian khusus kepada fenomena anak berkebutuhan khusus yang diperkirakan terus naik.

Bila menggunakan asumsi PBB yang mengatakan bahwa 10 persen anak usia sekolah di setiap negara adalah anak dengan kebutuhan khusus, maka di Indonesia saat ini ada tak kurang dari 4,2 juta anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dengan berbagai kategori.

Di Indonesia, Hari Anak dirayakan setiap tanggal 23 Juli, sementara Hari Anak Internasional dirayakan setiap tanggal 1 Juni.

Selain itu juga ada Hari Anak Universal setiap tanggal 20 November.

“Anak-anak berkebutuhan khusus juga merupakan bagian dari generasi penerus bangsa. Kita harus memberikan perhatian ekstra serius kepada mereka, tidak cukup sekadar seremoni dan perayaan-perayaan,” ujar bakal calon Gubernur DKI Jakarta Teguh Santosa dalam pesan Hari Anak Indonesia melalui rilis ke Tribunnews.com, Sabtu (23/7/2016).

Teguh mengatakan, sejak beberapa periode lalu sepintas pemerintah memang terlihat sudah memiliki perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.

Misalnya dengan ikut merayakan Hari Penyandang Cacat pada 3 Desember, dan Hari Kepedulian Autisme pada 2 April.

BERITA TERKAIT

Program pendidikan sekolah inklusi yang memberi kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah umum juga sudah dikenal di sejumlah kota di Indonesia.

“Tetapi sepengamatan saya, itu saya tidak cukup. Harus ada upaya massif dalam waktu singkat untuk menciptakan gelombang besar kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang melibatkan banyak stake holder."

"Pemerintah harus menjadi motor untuk menciptakan gerakan massif itu. Jakarta sebagai ibukota negara dituntut menjadi model dari gerakan ini,” kata Wakil Rektor Universitas Bung Karno (UBK) ini.

Teguh mengatakan, masih ada fenomena yang tidak bagus, dimana kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus hanya muncul secara signifikan di kalangan keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus.

Sementara anggota masyarakat yang tidak memiliki anak-anak berkebutuhan khusus terlihat kurang peka dalam menyikapi isu ini.

Di sisi lain, dia juga mengatakan masih ada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus yang enggan dan terkesan menutup-nutupi kondisi anaknya karena alasan malu dan sebagainya.

Sebagai orangtua dengan anak berkebutuhan khusus Teguh dapat memahami betapa sulit anak-anak berkebutuhan khusus berjuang dalam kehidupan sehari-hari.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas