Penangkapan Kanjeng Dimas Bak Teroris, Begini Jawaban Mabes Polri
Imbauan menggunakan cara soft tidak diindahkan, sehingga dilakukan upaya paksa yang lebih keras
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penangkapan yang dilakukan oleh Polda Jawa Timur dan jajaran terhadap tersangka pembunuhan berantai, Kanjeng Dimas Taat Pribadi dinilai heboh dan melebihi penangkapan teroris.
Pasalnya anggota yang dikerahkan ke Padepokan milik Kanjeng Dimas Taat Pribadi jumlahnya cukup banyak hingga 600 personel dan mereka menenteng senjata laras panjang.
Menanggapi hal itu, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan itu merupakan bentuk antisipasi dari Polri, kalau-kalau ada perlawanan dari para pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
"Itu didasari dari laporan intelijen, kan orang yang ditangkap tokoh padepokan maka perlu kekuatan pengamanan penuh. Demi mengantisipasi resistensi perlawanan saat penangkapan. Itu alasan petugas, ada kondisi kekhawatiran muncul perlawanan sampai aksi protes," kata Boy, Selasa (27/9/2016) di Mabes Polri.
Boy melanjutkan pascapenangkapan pada Kanjeng Dimas Taat Pribadi, Kamis (22/9/2016) lalu, kini Kanjeng Dimas Taat Pribadi terus diperiksa intensif oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur.
Diungkap Boy, sebelum penangkapan, Polri telah mengimbau Kanjeng Dimas Taat Pribadi untuk mau diperiksa namun cara-cara persuasif gagal hingga diputuskan melakukan penangkapan.
"Imbauan menggunakan cara soft tidak diindahkan, sehingga dilakukan upaya paksa yang lebih keras," ujar Boy.
Untuk diketahui, kasus ini bermula dari ditemukannya Abdul Gani, yang dibunuh oleh Sultan bentukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Abdul Gani ternyata saksi kunci seorang profesor yang lapor ke Mabes Polri atas dugaan penipuan penggandaan uang oleh Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Diduga, uang milik sang profesor saat penyerahan berlangsung melalui Abdul Gani yang juga juragan batu mulia merangkap pengepul uang yang akan digandakan ke Kanjeng Dimas Taat Pribadi, sehingga Abdul Gani dipanggil sebagai saksi oleh Bareskrim.
Namun sehari sebelum berangkat ke Mabes Polri, Abdul Gani dipanggil Kanjeng Dimas Taat Pribadi melalui kaki tangannya untuk datang ke padepokan milik Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Abdul Gani datang karena dijanjikan uang Rp 20 miliat. Tapi saat datang di padepokan, Abdul Gani langsung dibantai oleh beberapa sultan yang dikomandoi Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Korban Abdul Gani dikeroyok dan lehernya dijerat tali hingga tewas di areal padepokan. Mayatnya dinaikkan mobil, dibuang ke Wonogiri.
Dari hasil identifikasi, mayat dengan kondisi leher dijerat dan luka di beberapa bagian tubuh seperti yang dialami Abdul Gani sama dengan yang ditemukan di Situbondo, Jawa Timur. Dari koordinasi diduga ada kesamaan pelaku.