Suhardi Alius: Pendidikan yang Benar Tentang Agama dan Kebangsaan Kunci Utama Hindari Kekerasan
Pesantren memiliki peran yang cukup strategis sebagai tulang punggung dalam pembangunan bangsa
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Pesantren memiliki peran yang cukup strategis sebagai tulang punggung dalam pembangunan bangsa.
Karena di pesantrenlah anak-anak baik dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi mendapat ilmu pendidikan agama dan nasional yang komprehensif termasuk dalam hal menanggulangi paham radikal.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius,MH saat menjadi pembicara pada acara Halaqoh Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan dengan mengambil tema “Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara” di Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Depok, Kamis (29/09/16).
“Pesantren memiliki peran yang sangat strategis dalam menanggulangi paham radikal yang mengancam masyarakat, termasuk generasi muda yang belajar baik di tingkat sekolah maupun universitas. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kita semua, karena bagaimanapun anak-anak bangsa adalah tanggung jawab kita bersama,” ungkap Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius. MH.
Pria yang pernah menjadi Kapolres Metro Jakarta Selatan dan Kapolres Depok ini mengakui bahwa propaganda yang dilancarkan kelompok radikal sudah sangat masif dan terjadi di berbagai aspek.
Oleh karenanya upaya penanggulangan bahwa radikalisme dan terorisme perlu dilakukan secara cepat dan tepat.
“Untuk itu pendidikan yang benar tentang agama dan kebangsaan sebagai kunci utama dalam menghindarkan masyarakat dari propaganda kekerasan yang mengatasnamakan agama,” jelas mantan Kabareskrim Mabes Polri ini.
Suhardi Alius juga meminta kepada para ulama yang hadir untuk tidak pernah lelah mendidik para santri dan masyarakat dengan semangat persatuan dan kesatuan, ini penting untuk dilakukan karena saat ini paham radikal begitu gencar menggerogoti rasda cinta tanah air masyarakat.
“Jika fenomena ini tidak segera ditangani, maka nasib bangsa kita ke depan akan sama dengan negara-negara yang sedang berkecamuk di Timur Tengah. Jangan sampai hal tersebut terjadi di negara yang kita cintai ini,” tutur Suhardi Alius.
Sementara itu Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) yang juga sebagai pengasuh Ponpes Al Hikam, KH Hasyim Muzadi yang juga bertindak sebagai pembicara dalam acara tersebut juga meminta dan menghimbau kepada BNPT agar badan pemerintah yang menangani masalah terorisme ini tidak lepas dari Ulama dalam upaya penanggulangan
“Karena para ulama selama ini juga serius dalam menjaga bangsa ini dari berbagai ancaman, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) ini menuturkan bahwa pihaknya akan membentuk tim yang terdiri dari sejumlah ulama untuk tampil di berbagai tempat untuk menjaga kepentingan agama dan negara. Misi utamanya adalah mengisi negara dengan agama, bukan menghadapkan agama dengan negara,” urainya.
Untuk itu dirinya juga mengajak para ulama untuk tidak pernah berhenti belajar, utamanya terkait dengan keilmuan non agama.
“Ulama harus memiliki kemampuan ilmiah yang tinggi disamping pengetahuan agama yang mumpuni, ini dimaksudkan agar para ulama dapat memahami isu-isu kontemporer dan kaitannya dengan kajian keagamaan,” ujarnya
Seperti diketahui bahwa Halaqah Nasional yang dihadiri oleh sejumlah pengasuh ponpes dari berbagi daerah ini membahas formulasi Aswaja yang disesuaikan dengan kebutuhan negara saat ini, mengingat akhir-akhir ini mulai ada banyak ulama yang tidak lagi bersinergi dengan ulama lain dalam upaya menjaga keutuhan nasional.
Dirinya menjelaskan bahwa visi dan misi Aswaja yang dikembangkan oleh Ormas Islam Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah telah disesuaikan dengan kultur Indonesia dalam rangka mempertahankan kesatuan dan kedaulatan Republik Indonesia.
“Islam Aswaja bersifat universal, namun di Indonesia konsep itu disesuaikan dengan konteks ketahanan dan keutuhan nasional Indonesia. Karenanya Asawaja memainkan peranan penting dalam upaya menjaga dan mengembangkan Indonesia,” ujar KH Hasim Muzadi mengakhiri.