Pemimpin Umat Beragama Ingatkan Bahaya Medsos Picu Perepcahan
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarat diwarnai berbagai permasalahan yang mengancam kerukunan kehidupan umat beragama di Indonesia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarat diwarnai berbagai permasalahan yang mengancam kerukunan kehidupan umat beragama di Indonesia.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Marsudi Syuhud, dalam acara pernyataan bersama sejumlah pemimpin agama untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) damai menyoroti media sosial (medsos).
"Imbauan kepada seluruh bangsa Indonesia, jangan terpancing dengan isu-isu negatif yang ada di medsos," ujar Marsudi Syuhud di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (27/10/2016).
Dalam menyikapi isu negatif, hendaknya diklarifikasi terlebih dahulu.
Dikatakannya, Indonesia adalah bangsa yang akan menjadi bangsa yang matang dalam berdemokrasi.
Sehingga masyarakatnya harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.
Kata dia harus bisa dewasa melihat Pilkada dan tidak terpancing terhadap provokasi yang bisa memecah belah bangsa.
Sekretaris Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Ketut Parwata, dalam kesempatan yang sama menambahkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia tengah demam medsos.
Ia pun mengakui dirinya juga mengalami gegar tersebut, sehingga setiap pagi yang ia lakukan setelah membuka mata adalah mengecek medsos.
"Belum sempat saya ke kamar mandi cuci muka, kegiatan pertama yang kita lihat adalah layar HP kita, kita lihat postingan meskipun ada postingan yang sudah 30 kali kita lihat," ujarnya.
Kondisi demikian hendaknya jangan sampai dimanfaatkan pihak-pihak tertentu, untuk memecah belah bangsa Indonesia dengan cara menghembuskan informasi-informasi yang belum tentu kebenarannya.
Ia mengimbau masyarakat untuk hati-hati menerima informasi semacam itu.
"Kalau kita teliti satu persatu mungkin lebih dari lima puluh persen (inforasi) di media sosial itu hoax (Red: bohong), di sini membutuhkan kedewasaan untuk memilah informasi," katanya.