Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Praktik Prostitusi Berevolusi, Penjaja Seks Tawarkan Diri di Jejaring Sosial

Tina memasang tarif Rp 800 ribu untuk sekali kencan atau maksimal dua jam.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Praktik Prostitusi Berevolusi, Penjaja Seks Tawarkan Diri di Jejaring Sosial
net
ilustrasi prostitusi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Praktik prostitusi mulai berevolusi mengikuti perkembangan dunia.

Di era keterbukaan internet, penjaja seks memanfaatkan peluang mencari hidung belang.

Saat ini, sangat mudah mencari perempuan penyedia layanan seks di berbagai jejaring sosial maupun aplikasi-aplikasi pertemanan dan dating yang menjamur di Playstore.

Di beberapa aplikasi pertemanan, pelaku prostitusi online dengan gamblang menawarkan dirinya dengan tarif tertentu, lengkap dengan nomor telepon dan tempat eksekusi.

Penawaran itu biasanya disertai dengan memposting foto vulgar untuk menarik minat hidung belang.

Tina (bukan nama sebenarnya), seorang pelaku prostitusi online kepada Warta Kota mengakui banyak alasan penjaja seks lebih nyaman beroperasi dan mencari pelanggan di jejaring sosial.

"Kalau di lokalisasi, terlalu vulgar. Kita seperti dipajang. Kelihatan banget kalau kita jualan. Kalau lewat online ya lebih nyaman saja. Orang-orang dekat kita tidak ada yang tahu karena pelanggan bisa dilayani di hotel, kos atau apartemen sewaan," kata perempuan berusia 22 tahun itu.

Berita Rekomendasi

Tina bersama seorang rekannya menyewa sebuah unit apartemen seharga Rp 3,2 juta per bulan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.

Alasan memilih apartemen, kata Tina, selain ia bisa hidup nyaman, tarif kencannya bisa terdongkrak.

Ia mengatakan, nilai sewa itu bisa ditutup hanya dengan melayani beberapa orang saja.

"Sewanya dibagi dua. Bisa ketutup dengan saya dapat tiga pelanggan saja. Enakan seperti itu, pelanggan tidak perlu keluarkan uang lagi buat sewa hotel. Jadi kita bisa kasih harga lebih tinggi dikit karena include sama tempat," jelasnya.

Tina memasang tarif Rp 800 ribu untuk sekali kencan atau maksimal dua jam.

Sehari, ia biasa melayani dua hingga empat hidung belang.

"Kalau pas nggak ada ya santai aja. Apalagi kan sekarang saingan banyak, pada promosi di medsos," ujarnya.

Persaingan yang ketat itu, kata Tina membuat PSK online harus pandai memasang strategi.

Misalnya dengan memasang foto fulgar, termasuk menentukan tarif kencan kompetitif agar pelanggan tertarik membookingnya.

"Yang nggak laku-laku biasanya larinya ke tempat spa. Atau mereka cari rumah kos murah dan memberikan tarif murah untuk layani pelanggan," jelasnya.

Sementara itu, Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya sudah beberapa kali mengungkap kasus prostitusi online kelas kakap, yang melibatkan model, SPG, pramugari hingga artis.

Tarif untuk kencan bagi PSK papan atas ini, berkisar jutaan hingga ratusan juta rupiah.

PSK online papan atas ini dikendalikan oleh mucikari.

Tapi tampaknya pengungkapan itu belum begitu berpengaruh, khususnya bagi PSK yang beroperasi secara individu dengan tarif di bawah Rp1 juta.

Mereka masih terus berupaya mengais rezeki dengan 'berdagang' di dunia internet.

Perkembangan zaman

Pengamat Sosial dari Universitas Pancasila, Aully Grashinta mengatakan, tren prostitusi online saat ini merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari.

"Sebenarnya prostitusi itu usianya seumur dengan peradaban manusia. Polanya tetap sama, menjajankan layanan pemuas nafsu. Hanya saja cara berpromosinya mengikuti perkembangan jaman," katanya kepada Warta Kota, Selasa (22/11).

Sebelum era digital, para PSK beroperasi di lokasisasi, di panti-panti pijat layanan plus bahkan tidak sedikit yang mangkal di lokasi-lokasi tertentu.

Para PSK juga bekerja di bawah kendali mucikari atau germo.

"Melalui prostitusi online ini PSK dan pelanggan sama-sama diuntungkan. PSK tidak perlu berada di lokalisasi dan pelanggan bisa mencari dan booking dengan terlebih dulu memilih di media sosial."

"Sebenarnya demandnya sama saja, hanya penggunaan medsos membuat akses kepada PSK lebih mudah. Seringkali kita bahkan sudah tidak bisa membedakan mana yang profesinya PSK dan mana bukan ketika seseorang memajang foto vulgar di medsos," imbuh Aully. (Feryanto Hadi)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas