Di Rumah Lembang Ahok Beber Mimpinya yang Mungkin Sangat Dibenci Pejabat
Ahok mengatakan, keinginannya itu sudah digembar-gemborkan sejak masih menjabat sebagai Bupati Beliting Timur.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Robertus Rimawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut banyak pihak yang tak suka dengan gayanya berpolitik, hingga ingin memasukannya ke bui.
Ahok mengaku konsisten semenjak terjun ke dunia politik.
Terutama mengenai idenya, bahwa setiap pejabat harus melakukan pembuktian harta terbalik atau memaparkan asal-usul kekayannya.
Selain pembuktian harta terbalik, ucap Ahok, demi mewujudkan pemerintahan yang bersih, setiap transaksi harus nontunai.
Sehingga pencatatan pengeluaran transparan.
"Saya mimpi siapa pun pejabat, ada pembuktian harta terbalik dan transaksi tunai. Kalau tidak, enggak usah jadi pejabat," ucap Ahok di posko pemenangan, Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/12/2016).
Ahok mengatakan, keinginannya itu sudah digembar-gemborkan sejak masih menjabat sebagai Bupati Beliting Timur.
Menurutnya, banyak pihak yang tak suka dengan wacana tersebut.
"Makanya banyak yang mau tebang saya. Saya sudah tebak perjalanan ini, ke mana. Semua bisa penjarakan Ahok, tapi enggak bisa penjarakan ide saya," ucap Ahok.
Di depan ratusan pendukung, relawan, dan warga yang hadir di Rumah Lembang, Ahok berharap dipilih dalam Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2017.
Calon gubernur nomor urut dua tersebut juga meminta mereka aktif dalam melaporkan kecurangan Pilkada.
"15 Februari, jangan ekstrem kanan-kiri, tengah tancap," katanya.
Ia berharap pendukungnya memakai kaca mata kuda dan datangi ke Tempat Pemungutan Suara sesuai KTP.
"Kalau bisa foto dan video pendek sampai selesai, sehingga kalau ada curang, ada bukti. Terima kasih," tutur Ahok.
Dalam Pilkada, Ahok berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat.
Mereka akan bersaing dengan pasangan lainnya Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni, dan pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Salahudin Uno. (*)