PKL Dikenai Sanksi Bila Absen Kerja Bakti di Terminal Kampung Rambutan
Hal tidak biasa dilakukan pengelola Terminal Kampung Rambutan, khususnya di sektor Terminal Dalam Kota.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hal tidak biasa dilakukan pengelola Terminal Kampung Rambutan, khususnya di sektor Terminal Dalam Kota.
Ratusan pedagang diajak melakukan kerja bakti rutin yang dilakukan setiap Jumat pagi.
Jumat (6/1/2017) pagi ini, pedagang dengan antusias membersihkan area terminal, bersama jajaran petugas terminal maupun pasukan oranye dari Kelurahan Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur.
Setelah apel bersama pada pukul 07.00, pedagang membagi tugas menuju sejumlah titik. Mereka dengan bersemangat menyapu dan memunguti sampah sekecil apapun, untuk menciptakan kawasan terminal yang bersih.
Kepala Terminal Dalam Kota Kampung Rambutan Thofik Winanto, mengaku tidak menyangka ide kerja bakti yang ia lontarkan saat mulai menjabat sebagai kater di sana pada September 2016, disambut baik para pedagang.
"Saat melakukan pendataan terhadap 150 pedagang di area Terminal Dalam, kami sama-sama bicarakan kerja bakti ini. Selain meningkatkan kesadaran pedagang mengenai kebersihan kawasan, juga sebagai ajang silaturahim biar makin akrab," katanya kepada Warta Kota.
Jika ditambahkan dengan pedagang di area Terminal Antar-Kota Kampung Rambutan, lanjut Thofik, seluruhnya ada sekitar 700 pedagang yang ikut dalam kerja bakti di kawasan terminal itu.
Uniknya, terjadi kesepakatan antar-pedagang sendiri. Di mana pedagang yang tidak mengikuti kerja bakti setiap Jumat pagi, akan dikenai sanksi. Hal ini, kata Thofik, lebih untuk menjaga kekompakan.
"Ada absensinya. Jadi siapa-siapa saja yang tidak ikut, ketahuan. Bagi yang sakit atau pulang kampung, izinnya juga harus jelas ke koordinator pedagangnya. Kalau sampai bolos tanpa alasan jelas, sanksinya yang tidak ikut dihukum membersihkan bagian terminal sendirian," paparnya.
Sejak adanya kerja bakti seperti ini, Thorik menambahkan, kesadaran pedagang menjaga kebersihan jauh lebih meningkat.
"Bahkan kalau di hari biasa mereka lihat ada penumpang buang sampah sembarangan, mereka akan tegur. Mungkin karena mereka merasa yang membersihkan. Tapi ini bagus sekali demi terciptanya ketertiban dan kebersihan lingkungan terminal," terang Thofik.
Irma (43), pedagang minuman, justru senang dengan adanya kewajiban kerja bakti itu.
"Dulunya terminal kotor, banyak sampah. Sekarang beda jauh, sudah makin bersih karena kita jaga bersama-sama. Bagaimana pun di sini tempat cari makan saya dan teman-teman pedagang lain," jelasnya.
Pada setiap kerja bakti, satu pedagang membayar iuran Rp 5.000. yang dikoordinasikan sejumlah pedagang di sana.
"Uangnya buat beli snack, makanan. Jadi tiap Jumat snack-nya berbeda-beda. Jadi tiap selesai kerja bakti, kita semua kumpul makan snack bareng," ungkapnya.