Ahok Ceritakan Guru dan Bekas Musuh yang Membekas di Hatinya
Ahok mengatakan, Kani dulu sangat membencinya. Namun, Ahok tetap terpilih menjadi bupati di Belitung Timur.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengatakan, saat ini banyak pendukungnya merasa takut.
Soalnya, mereka diserang karena membela seorang calon gubernur yang berbeda agama dari mereka.
"Saya mengerti sekali penderitaan Bapak dan Ibu, gara-gara mau pilih Ahok. Wah, semua nyerang Bapak Ibu kenapa gubernur musuh Islam didukung?" kata Calon gubernur DKI Jakarta, Ahok ketika menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jalan Taman Patra X, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (15/1/2017).
Saat itu, Ahok mencoba menguatkan para relawannya dengan membahas sebuah buku berjudul A Man Called Ahok.
Buku tersebut merupakan kumpulan tweet seorang pendukung Ahok di Twitter, dengan nama akun @kurawa, tentang kisah Ahok di Belitung.
Buku tersebut memuat banyak testimoni mengenai Ahok dari para guru, sahabat, hingga bekas musuh Ahok.
Ahok menceritakan kembali beberapa kisah itu kepada para relawan.
Ahok memiliki guru bernama Bondet. Dulu, gurunya tersebut sering diberi beras oleh ayahnya.
Suatu ketika, adik perempuan Ahok, Fifi, dan temannya satu kelas berselisih dengan kelas lain.
Ibu Guru Bondet menghukum mereka sekelas, termasuk Fifi, dengan hukuman tidak naik kelas.
Ahok mengatakan, Bondet menerapkan prinsip siapa pun harus dihukum.
Meskipun itu adalah anak orang kaya yang memberinya beras tiap bulan.
"Akhirnya adik saya enggak naik kelas. Tapi sejak itu dia kapok, ke Jakarta dari SMP. Dia diterima di UI lalu ke Melbourne. Coba waktu itu enggak ada Ibu Bondet yang berani memutuskan enggak naik kelas sekelas, saya rasa adik saya enggak bisa jadi pengacara," kata Ahok.
Ahok juga menceritakan guru agamanya yang sempat menjadi staf di Sekretariat DPRD di Belitung Timur.
Ahok mengatakan, ketika itu dia sudah menjadi anggota DPRD di Belitung.
Sebelum rapat paripurna, dia melihat guru agamanya sedang menyusun kursi dan meja.
Ahok mengaku langsung membantu gurunya itu menyusun kursi dan meja.
"Saya merasa enggak enak, masa saya duduk jadi Dewan, guru saya angkat kursi dan meja. Akhirnya saya bantu menyusun itu. Makanya guru ini bela saya habis-habisan," kata Ahok.
Ahok kemudian menceritakan orang yang dulu membencinya tetapi kini menjadi pendukungnya.
Saat pemilihan bupati di Belitung Timur, ada seorang bernama Kani yang mengajak warga untuk tidak memilih Ahok karena Ahok non-muslim.
Ahok mengatakan, Kani dulu sangat membencinya. Namun, Ahok tetap terpilih menjadi bupati di Belitung Timur.
Suatu ketika, Ahok mengetahui ada pembangunan masjid yang mangkrak di lingkungan rumah Kani.
Kepada Ahok, Kani menyampaikan bahwa pembangunannya berhenti karena sudah tidak ada uang lagi.
"Kurang Rp 30 juta sudah enggak ada duit lagi. Ya sudah saya bantu beresin. Dua hari langsung turun dan kami kasih. Akhirnya tahu enggak, ke mana-mana (Kani) bilang mending dukung Ahok," kata Ahok.
Ahok mengatakan, masih banyak kisah yang ditulis dalam buku tersebut.
Ahok senang buku itu tidak terlalu tebal sehingga orang tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya.
Dia berharap para pendukungnya membaca buku itu dan menyebarkannya.
"Saya ingin sekali cerita ini disebar supaya orang kenal siapa Ahok," kata Ahok.(Jessi Carina)