Penyakit Kusta Serang Warga Depok, 40 Orang Jadi Korban, Hampir Setengahnya Anak-anak
"Dari jumlah yang tersebar di puskesmas itu, 14 penderita kusta merupakan anak-anak," kata Ernawati.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Meski telah berhasil menyembuhkan puluhan penderita kusta setiap tahunnya, sampai Januari 2017 ini tercatat masih ada sedikitnya 40 orang penderita kusta di Kota Depok.
Ironisnya dari jumlah itu, 14 orang di antaranya anak-anak.
Hal itu dikatakan Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Ernawati, di Balai Kota Depok, Rabu (25/1/2017).
Ia mengatakan, dari 40 penderita kusta di Depok itu semuanya dirawat di puskesmas baik rawat jalan atau rawat inap.
Dari data yang dimilikinya penderita kusta di Depok terdapat di Puskesmas Limo sebanyak 16 orang penderita, lalu di Puskesmas Cipayung terdapat 14 orang, dan Puskesmas Bojongsari sebanayak 10 orang.
"Dari jumlah yang tersebar di puskesmas itu, 14 penderita kusta merupakan anak-anak," kata Ernawati.
Di luar penderita kusta yang terdata dalam menjalani perawatan di puskesmas, diduga masih ada penderita kusta lainnya.
Namun, tidak mendapatkan pengobatan yang memadai.
Karenanya di momen Leprosy Day atau Hari Kusta Sedunia yang jatuh setiap akhir bulan Januari, Dinkes Depok kata Ernawati, mengajak warga lebih peduli kesehatan.
Serta berhati-hati dengan penularan penyakit kusta.
"Bagi penderita kusta yang belum melapor saya imbau melapor ke puskesmas terdekat untuk dirawat," katanya.
Juga kata dia jika ada warga yang mengetahui warga lainnya menderita kusta dan tidak mendapat perawatan, Ernawati meminta warga melapor ke puskesmas terdekat.
"Sebab penderita kusta dan orang yang pernah mengalami kusta memerlukan perhatian khusus juga dari seluruh masyarakat," katanya.
Menurut dia, kusta merupakan penyakit menular yang diakibatkan infeksi kuman mycobacterium leprae dan bukan penyakit keturunan.
Menurutnya, penyakit kusta dapat disembuhkan dengan syarat harus meminum obat secara teratur dan kontrol secara teratur pula.
"Penyakit Kusta menyerang kulit, syaraf tepi, dan organ tubuh lain yang dapat menyebabkan kecacatan kalau tidak diobati secara teratur," kata Ernawati.
Selain itu, penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta yang belum berobat kepada orang sehat secara langsung.
Media penularannya pun terbatas pada pernafasan dan kontak kulit penderita dengan orang sehat.
"Kontak kulitnya juga tidak hanya yang sesekali kontak kulit untuk tertular, tapi harus intens. Yakni kontak kulit yang sangat erat dan dalam waktu yang lama," katanya.
Karenanya penderita kusta tidak perlu diasingkan atau dijauhi.
Tetapi diberi pemahaman agar minum obat dan kontrol teratur ke puskesmas.
Tanda utama terjangkitnya penyakit kusta, berupa timbulnya bercak keputihan atau kemerahan yang mati rasa.
"Setelah itu, akan mulai dirasakan suatu penebalan syaraf tepi yang kemudian disertai gangguan fungsi anggota tubuh," kata Ernawati.
Pada gejala awal ini, kata da, biasanya penderita tidak merasa terganggu, karena hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu yang tidak gatal, tidak sakit dan hilang rasa.
Namun, jika dibiarkan akan menjadi semakin berbahaya dan dapat menimbulkan kecacatan organ tubuh.
"Jika ada warga mendapati tanda-tanda seperti itu, hendaknya langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat. Sebab di puskesmas di Depok penderita kusta mendapat obat secara gratis atau cuma-cuma," katanya.
Tujuan pengobatan, kata Ernawati, ada tiga hal yang disasar. Yakni memutus rantai penularan, menyembuhkan penderita, serta mencegah terjadinya cacat.
"Kami mengimbau masyarakat yang memiliki anggota keluarga penderita kusta untuk terus mendampinginya dalam pengobatan, sehingga bisa sembuh total dan tidak menularkannya pada anggota keluarga yang lain, atau bahkan orang lain," katanya.
Penulis: Budi Sam Law Malau