Pengamat: Penggunaan Isu SARA Kepada Ahok Tak Efektif Pengaruhi Opini Pemilih Jakarta
Litbang Kompas melakukan survei untuk melihat preferensi publik pada Pilkada DKI Jakarta pada 28 Januari-4 Februari 2017.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hasil survei Libang Kompas menunjukkan bahwa isu SARA yang ramai dibicarakan dan diarahkan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak terlalu efektif mempengaruhi opini pemilih.
Artinya, Jeirry Sumampow Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), menejaskan, isu SARA bukan merupakan variabel yg dominan dan tetap dalam Pilkada DKI Jakarta.
Jeirry tegaskan isu SARA yang coba dimainkan itu hanyalah salah satu variabel. Dia bisa saja menjadi cair atau hilang seiring dengan dinamika opini yang berkembang di masyarakat.
"Ketika rakyat mulai mendapatkan informasi yang benar, terang dan jelas, tentang persoalan yg melibatkan Ahok, maka penggunaan isu SARA menjadi tidak efektif. Dan ini memang merupakan karakter masyarakat DKI Jakarta sejak lama," tegas Jeirry kepada Tribunnews.com, Jumat (10/2/2017).
Litbang Kompas melakukan survei untuk melihat preferensi publik pada Pilkada DKI Jakarta pada 28 Januari-4 Februari 2017.
Hasil survei menunjukkan bahwa cagub-cawagub nomor pemilihan satu DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni memiliki elektabilitas 28,2 persen.
Kemudian, elektabilitas cagub-cawagub nomor pemilihan dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat sebesar 36,2 persen.
Sedangkan pasangan nomor pemilihan tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno memiliki elektabilitas 28,5 persen.
Sementara itu, responden yang belum menentukan pilihannya (undecided voters) sebanyak 7,1 persen
Namun lebih lanjut Jeirry memperkriakan masih sangat dinamis sekali perubahan pemilih hingga menuju hari H pencoblosan 15 Februari mendatang.
Masih belum bisa diketahui persis siapa yang sungguh-sungguh sangat mengungguli paslon yang lain dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Ketatnya persaingan di antara pasangan calon dalam membentuk opini untuk merebut simpati rakyat, membuat hasil Pilkada DKI Jakarta nanti belum bisa diduga sama sekali.
"Sehingga bagi saya survei ini hanyalah riak-riak Pilkada DKI Jakarta dan sekedar upaya untuk meramaikan proses pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2017 ini. Siapa yang menang atau kalah di antara 3 pasangan calon, masih sangat sulit kita prediksi," katanya.
Karena itu, dia mengajak mari kita tunggulah hasilnya dengan tenang dan memberikan kebebasan kepada rakyat Jakarta untuk menentukan siapa yang berkenan mereka berikan kepercayaan untuk memimpin DKI Jakarta lima tahun ke depan.