Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PKL Liar Kota Tua Acungi Pedagang Resmi Dengan Samurai

Pemindahan PKL resmi dilakukan Sabtu sore dikawal Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in PKL Liar Kota Tua Acungi Pedagang Resmi Dengan Samurai
Warta Kota/Theo Yonathan Simon Laturiuw
Lapak PKL resmi di Jalan Cengkeh yang mesti dipindah untuk mempercepat pembangunan pusat PKL di Jalan Cengkeh. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemindahan pedagang kaki lima (PKL) binaan Dinas KUMKMP Pemprov DKI Jakarta (PKL resmi) dari Jalan Cengkeh ke Jalan Kunir di kawasan Kota Tua, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, berimbas keributan.

Pedagang liar mengancam PKL resmi menggunakan golok dan samurai, hanya beberapa jam usai pemindahan pada Sabtu (11/3/2017) malam.

Pemindahan PKL resmi dilakukan Sabtu sore dikawal Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat.

Tapi begitu Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat meninggalkan lokasi sekitar pukul 22.00, keributan mulai terjadi.

Sejumlah PKL resmi didatangi pedagang liar bersama preman dan diancam memakai golok serta samurai.

Ada pula yang dimaki dan dibentak pedagang liar agar segera mencopot lapaknya dan pergi dari Jalan Kunir.

Warni Mariah (43), salah satu PKL resmi, mengatakan, sekitar pukul 23.00, lapaknya didatangi preman bernama Moris.

Berita Rekomendasi

Moris memaki-maki dirinya dan meminta agar lekas pergi dari Jalan Kunir. Warni yang ketakutan buru-buru mencopot lapaknya dan pergi.

"Saya takut lah, yang mendatangi saya itu preman disini," kata Warni ketika ditemui Wartakotalive.com di kawasa Kota Tua,Jakarta Barat, Minggu (12/3/2017) sore.

Sedanga Sri Yuliani (48), PKL resmi penjual minuman, mengaku diintimidasi pedagang liar dan preman hanya beberapa saat setela petugas Satpol PP pergi.

Lapak milik Sri dipindah paksa oleh pedagang liar dan preman. Sri yang tadinya berada di posisi depan, terselip di antara pedagang liar, seketika berpindah ke lokasi paling pojok dan di belakang.

Dia pun masih dimaki berulang kali oleh preman yang menenteng golok di dekatnya. Tak nyaman berdagang, Sri memilih kabur sambil menangis.

Rumina (44), pedagang lainnya, lebih ketakutan lagi. Dia disuruh pindah oleh beberpa preman lainnya yang datang ke lapaknya sambil menenteng samurai dan golok.

Preman-preman itu menunjuk Rumina memakai golok sambil memintanya melepas lapaknya aksesoris miliknya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas