Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rais Syuriah PBNU Jadi Saksi Meringankan Ahok Atas Nama Pribadi

Ahmad Ishomuddin, menjadi saksi ahli meringankan yang dihadirkan tim penasihat hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sidang kasus penodaan agama

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Rais Syuriah PBNU Jadi Saksi Meringankan Ahok Atas Nama Pribadi
Pool/TINO OKTAVIANO
Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjalani sidang lanjutan dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (24/12017). Pengadilan Negeri Jakarta Utara menggelar sidang kasus penistaan agama oleh Ahok dengan agenda mendengarkan lima keterangan saksi dari pihak Jaksa Penuntut Umum. TRIBUNNEWS/aktual.com/Tino Oktaviano/Pool 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – KH Ahmad Ishomuddin, menjadi saksi ahli meringankan yang dihadirkan tim penasihat hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sidang kasus penodaan agama.

Ia merupakan Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung ini mengatakan kehadirannya di persidangan ke-15 Ahok sebagai ahli independen.

"Saya pembantu Rasi Aam (PBNU), tapi saya tidak mewakili NU. Saya di sini atas nama pribadi," kata Ahmad dalam persidangan, di Auditorium Kementerian Pertanian, Selasa (21/3/2017).

Baca: Polisi Kantongi Aktor Pemasang Spanduk Larangan Shalatkan Jenazah Pendukung Ahok

Dalam kesempatan itu, Ahmad sempat menjelaskan soal arti 'awliya' dalam Surat Al-Maidah Ayat 51.

BERITA REKOMENDASI

Menurutnya, berdasarkan tafsir baru Kementerian Agama, kata 'auliya' berarti teman setia.

"Kecuali terjemahan Kementerian Agama yang lama dan sudah direvisi (arti awliya pemimpin)," katanya.

Namun, menurutnya tidak masalah bila masih ada yang mengartikan 'auliya' sebagai pemimpin.

Tapi ia sendiri menyebut bahwa arti 'awliya" sekarang adalah teman dekat.

Dalam risetnya terhadap 30 kitab tafsir tidak ada satu pun mendapati bermakna pemimpin jadi kata awliya.

"Saya membawa sekitar 111 halaman dari puluhan kitab tafsir tidak ada satu pun saya mendapati bermakna pemimpin jadi kata "awliya" adalah kata yang musytarak, memikiki banyak sekali makna di mana ahli tafsir memilih satu di antara makna tersebut," katanya.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas