Kronologi dan Fakta tentang Aksi Penodongan dalam Angkot di Jakarta oleh sang Residivis
"Dia bilang 'Kalau Bapak nembak saya, saya matiin ini anak sama ibunya' sambil pisaunya diarahin ke anaknya. Ibunya nangis-nangis."
Editor: Malvyandie Haryadi
"Saya bujuk biar dia mau lepas itu ibu sama anaknya, biar saya aja yang gantiin. Saya bilang juga ke dia bahwa saya jamin kalau korban dilepaskan, dia enggak akan diamuk massa," ujar Sunaryanto.
Namun Hermawan tak bisa lagi dikendalikan, ia terus mengancam akan membunuh korbannya.
"Dia bilang 'Kalau Bapak nembak saya, saya matiin ini anak sama ibunya' sambil pisaunya diarahin ke anaknya. Ibunya nangis-nangis minta tolong anaknya diselametin," kata Sunaryanto.
Risma menangis kencang dan suasana lokasi semakin ramai dan dikelilingi warga yang menyaksikan kejadian tersebut.
Sunaryanto mencoba menenangkan situasi dengan meminta warga menjauh dari lokasi.
Ia lantas merogoh ponsel genggam miliknya dan meminta seorang pengemudi ojek online untuk merekam kejadian.
Hal itu bertujuan agar dapat menjadi barang bukti jika hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Ia juga sempat ragu untuk menembakkan timah panas ke pelaku karena takut salah sasaran.
Sebelumnya, Sunaryanto telah menyembunyikan pistolnya di pijakan tangga pintu angkot.
"Saya lillahi ta'ala saja, saya baca shalawat, begitu dia lengah, saya sikat (tembak)," ucapnya.
"Untung kena tepat sasaran. Saya yakin tembakan saya enggak akan lari ke kaca belakang angkot yang lagi banyak massa, soalnya pas saya tembak posisi tangan pelaku lagi di bawah," sambungnya.
Tak lama kemudian, Hermawan sudah berhasil dibekuk.
Sunaryanto lantas meminta warga untuk membantu Risma yang terjepit tubuh Hermawan yang dibekuk.
Usai mengeluarkan Risma, warga yang sudah emosi langsung marangsek masuk ke dalam angkot dan menghakimi Hermawan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.