Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Isu Jakarta Bersyariah Dinilai Tidak Akan Ampuh Untuk Menangkan Pilkada DKI

Ide Jakarta Bersyariah yang sempat menghangat dalam Pilkada DKI Jakarta dinilai tidak akan ampuh untuk memenangkan pasangan calon manapun.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Isu Jakarta Bersyariah Dinilai Tidak Akan Ampuh Untuk Menangkan Pilkada DKI
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, serta Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur nomor urut 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat mengikuti debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (10/2/2017). Debat terakhir Pilkada DKI Jakarta mengambil tema kependudukan dan peningkatan kualitas masyarakat jakarta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ide Jakarta Bersyariah yang sempat menghangat dalam Pilkada DKI Jakarta dinilai tidak akan ampuh untuk memenangkan pasangan calon manapun.

Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia Arif Susanto mengatakan ada empat alasan sehingga Jakarta Bersyariah tidak membantu memenangkan Pilkada.

"Ide Jakarta Bersyariah dibangun di atas logika yang inkonsisten," kata Arif Susanto.

Hal tersebut diungkapkannya saat diskusi bertajuk 'Ketika Jakarta Bersyariah Ditolak Paslon: Akankah Peta Dukungan Berubah?' di D'Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (11/4/2017).

Kedua, problem konkret seperti kemiskinan, kemacetan, dan korupsi, lebih menjadi prioritas Jakarta.

Ketiga, masyarakat Jakarta itu beragam sehingga tidak mungkin satu paslon memenangi Pilkada hanya karena dukungan satu kelompok.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, bukan hanya Jakarta, Indonesia majemuk sejak awal.

Kemudian, pendekatan elektoral sejak awal untuk mengusung agenda nondemokrasi justru punya kencenderungan gagal.

"Tidak hanya di Indonesia tapi di tempat lain," kata Arif Susanto.

Keempat, konsep syariah tidak cocok karena demokrasi membutuhkan solidaritas inklusif bukan loyalitas eksklusif.

"Kelima, instrumentalisasi agama dalam politik telah mendegradasikan posisi mulia agama," ucap Arif Susanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas