Mengenal Sosok Umi Nurul
Kedatangannya Ahok tak lain untuk menepati janjinya setelah Pilkada DKI Jakarta 2017 rampung.
Penulis: Nurul Hanna
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Senin (24/4/2017) lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama (Ahok) menyambangi kediaman seorang nenek yang biasa dipanggil Umi Nurul. Kedatangan Ahok tak lain untuk menepati janjinya setelah Pilkada DKI Jakarta 2017 rampung.
Penulusuran Tribunnews sebelumnya, Umi Nurul memang rutin menyambangi posko kemenangan rumah Lembang, sejak tahun lalu. Terakhir, Umi Nurul kerap datang ke rumah Lembang yang menjadi posko pemenangan Ahok-Djarot.
Selasa (25/4/2017) kemarin, Tribun berkesempatan menyabangi kediaman Umi sehari setelah kedatangan Ahok, di Komplek Sekertariat Negara, 14D, Blok E, Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Usai mengucap salam ke dalam rumah berpagar hitam tersebut, tetangga Umi dan pengurus RT setempat yang tengah berada di dalam rumah Umi Nurul ikut menyambut.
Tetangga dan pengurus RT tersebut sempat mengingatkan, Umi tak memilik waktu banyak untuk bisa berbicara banyak lantaran harus salat Magrib. "Umi ini, sebagian besar aktivitasnya memang beribadah. Jadi maklum ya, jika beliau cuma punya waktu sekira sepuluh sampai lima belas menit," kata Intan, pengurus RT setempat.
"Beliau itu sesepuh, bukan uztazah. Anaknya tiga, sudah tidak tinggal disini lagi. Suaminya masih ada pengurus aktif di masjid, sekarang lagi main tenis," Intan, pengurus RT menjelaskan.
Tak heran, jika Intan menyebut Umi Nurul sebagai sosok yang begitu peduli dengan hak dan kesetaraan gender. Dari perbincangan sebelumnya, kepada Tribunnews Umi Nurul kerap membahas nilai-nilai feminisme. "Beliau peduli dengan kaum dan pemimpin perempuan," katanya.
Intan juga mengungkapkan rasa kagumnya terhadap sosok Umi Nurul. Tak heran, Umi seakan menjadi tempat mengadu banyak orang.
"Dia lulusan S1 Bidang hukum, orang banyak datang untuk sharing karena beliau termasuk sepuh. Pengetahuan tentang hukumnya dan juga agamanya banyak," pungkasnya.
Rumah Umi bercat merah. Tampak pemilik rumah tengah bersiap, dan memakai selendang hitam demi menutupi rambutnya yang beruban. Umi Nurul langsung meladeni wawancara dengan ramah. Sembari sesekali mengingatkan, waktu Maghrib hampir tiba.
Sejenak memandangi ruang tamu Umi Nurul. Dua rak besar yang diletakkan di sudut berbeda, hampir tak ada sisa untuk buku baru lagi. Semuanya terisi dengan kitab suci Al-Quran, buku-buku sejarah, serta kitab lainnya.
"Umi punya semua kitab suci dari Zabur, Taurat, Tao of Teaching sampai (kitab) Buddha," kata Umi Nurul di sela perbincangan.
Umi memang menjunjung tinggi keberagaman, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia lantas merasa miris, jika dewasa ini masyarakat menjadi terkotak-kotak karena agama. Sesekali disela berbicang santai, Umi kemudian sekedar mengingatkan, agar tidak mudah terprovokasi.
"Ada firman yang artinya Bhinneka Tunggal Ika, maka hal itu sudah diperjuangkan dari dulu, jangan Lah dipecah lagi. Kalian anak-anak muda, jangan menjadi penghasut, provokator. Bicaralah yang benar, intinya jujur itu mujur!," kata beliau.
Membahas Bhinneka Tunggal Ika, Umi Nurul juga menyampaikan rasa miris terhadap keadaan ibu kota yang dinilainya, tak lagi menjunjung keanekaragaman.
Rasa gerah tersebutlah, yang membuat Umi rutin menyambangi rumah Lembang, posko kemenangan Ahok-Djarot beberapa waktu lalu.
"Umi sebagai pecinta sejati, umi mencintai segala ciptaan, jadi Umi melihat orang pada ribut dan berkelahi engga ada yang menengahi, Ustaz nggak bisa, ulama ngga bisa masih ambigu terus ya, menteri agama juga tidak bisa tegas, turunlah Umi dari 'pertapaan' ke Rumah Lembang," kata dia.
"Kemarin Ahok datang, saya jadi seperti Umi-nya, minta nasihat soal bagaimana kedepannya membangun negeri yang kita cintai dalam keberagaman," papar Umi.
Dalam perbincangan dengan Umi, banyak yang ia sampaikan termasuk kekagumannya pada sosok Ahok.