4 Cerita dari Kecelakaan Maut di Puncak: Panitia Pilkada DKI Jadi Korban hingga Firasat Buruk
Kecelakaan maut di jalur Wisata Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur masih menyimpan banyak cerita
Editor: Malvyandie Haryadi
Sahabat SMA-nya itu sempat memosting tulisan-tulisan lewat media sosial Facebook-nya.
Emi bahkan sempat dibuat bingung dengan tulisan Masitoh.
Masitoh menuliskan kalimat 'rindu tak tersampaikan, dan 'hulang-huleung teu puguh, kudu k mana nya indit' yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia 'bengong tidak karuan, harus pergi ke mana'.
"Jujur, saya tidak mengerti maksud dari tulisannya, tidak seperti biasanya, dan itu baru kemarin dia menulisnya," urainya dengan mata berlinang, sebagaimana dikutip dari Tribun Bogor.
Tak hanya Emi, Arie juga sempat merasakan firasat buruk sebelum ayahnya, Wagirun mengalami kecelakaan hingga merenggut nyawanya.
Arie mengaku, ayahnya tidak bisa tidur sampai pukul 03.00 WIB.
"Semalam bapak juga tidak tidur. Tidur jam tiga, kebangun terus," ujar Arie seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Di samping itu, firasat buruk atas insiden ini juga dirasakan oleh warga yang berjualan di sekitar lokasi kejadian.
Ma Acih (78) mengatakan, bukan pertama kali melihat kecelakaan selama 25 tahun berjualan di lokasi tersebut.
Wilayah itu memang terkenal angker setelah berulang kali memakan korban.
Sehari sebelum insiden tersebut terjadi, Ma Acih dan cucunya melihat bola api terbang di lokasi kecelakaan kemudian mengarah ke kebun, tempat bus terperosok.
Tidak hanya itu, pagi harinya, sekita pukul 03.00 WIB, Ma Acih mendengar suara tangisan yang amat merintih.
Saking takutnya, ia sampai batal menanak nasi.
"Suaranya kedengarannya sedih banget, saya mau masak nasi sampai enggak jadi karena takut," katanya. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)