Ketika Djarot Berusaha Hibur dan Bangkitkan Semangat Keluarga Korban Tragedi Mei 1998
Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat merasakan luka dan kepedihan hati keluarga korban Tragedi Mei 1998.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat merasakan luka dan kepedihan hati keluarga korban Tragedi Mei 1998.
Dalam peringatan yang juga dihadiri Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie itu, Djarot mengatakan tragedi memilukan itu menjadi pengalaman pahit bagi bangsa Indonesia.
"Kita punya pengalaman yang pahit dan buruk, dengan adanya satu noda hitam dengan peristiwa Mei (1998) ini," ujar Djarot, di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (8/5/2017).
Untuk mengobati kisah pilu keluarga korban, mantan Wali Kota Blitar itu pun bercerita dirinya pernah mengalami banyak luka.
Baca: Djarot Teringat Wejangan BJ Habibie Agar Selalu Tersenyum dan Ikhlas
Baca: Djarot: Kita Memang Pernah Luka, Tetapi Luka Itu Jangan Sampai Meruntuhkan Semangat Kita
Baca: Loyalis Anies-Sandi Diusir Warga dari Balai Kota Saat Akan Temui Ahok
Ia mengaku pernah merasakan sakit saat terjatuh dan tertusuk duri.
"Kita semua pernah luka, di kaki saya juga banyak luka, saya pernah jatuh, saya pernah tertusuk duri," jelas Djarot.
Namun, Djarot kemudian berusaha membangkitkan semangat keluarga korban yang hadir dalam acara tersebut.
Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan, semua orang harus bisa menutup bekas luka dan melakukan pemulihan.
Menurutnya, meskipun bekas luka itu masih ada.
Namun hanya sebagai pengingat agar ke depannya harus lebih berhati-hati dalam melakukan apapun, agar tidak kembali 'meninggalkan bekas'.
"Tapi bagaimana bekas itu bisa kita tutup dan kita pulihkan, meskipun yang namanya bekas masih ada, sebagai pengingat 'Hei, kita hati-hati kalau jalan', kalau terluka, kita ada bekasnya," kata Djarot.