Tokoh NU Minta Polisi Gandeng Interpol Tangkap Rizieq Shihab di Luar Negeri
"Polisi jangan takut didemo oleh para pendukungnya. Polisi jangan takut," katanya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh Nahdlatul Ulama, Effendi Choirie menanggapi pernyataan kuasa hukum pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, bahwa kliennya tidak akan kembali ke Indonesia untuk memenuhi panggilan pemeriksaan polisi.
Menurut Kapitra, Rizieq tidak akan memenuhi panggilan polisi karena tidak bersedia diperiksa dalam kasus chat WhatsApp berkonten pornografi yang diduga antara Rizieq dangan Firza Husein.
Gus Choi demikian sapaannya, mengingatkan semua warga negara sama di depan hukum.
Siapapun mereka dan apapun profesinya kalau diduga melakukan pelanggaran terhadap hukum harus diproses sesuai dengan prosedur yang berlaku di negeri ini.
Termasuk terhadap Rizieq Shihab, dia pun harus diproses, menurut Politikus NasDem ini.
"Dia harus diproses. Kalau mangkir harus dipanggil paksa. Kalau lari ke luar negeri harus masuk DPO. Interpol bekerja menangkap dia," ujar Gus Choi kepada Tribunnews.com.
Ia pun mendukung segala upaya kepolisian untuk mengungkap kasus hukum dalam kasus chat WhatsApp berkonten pornografi yang diduga antara Rizieq dangan Firza Husein.
"Polisi jangan takut didemo oleh para pendukungnya. Polisi jangan takut," katanya.
Sebelumnya, Kapitra Ampera, kuasa hukum pimpinan FPI, Rizieq Shihab, menyatakan kliennya tidak akan kembali ke Indonesia untuk memenuhi panggilan pemeriksaan polisi.
"Habib Rizieq tidak akan datang. Bahwa ini bentuk protes karena peristiwa hukumnya tidak ada sebenarnya. Dan kalau ada sebenarnya pun tidak ada hubungannya dengan Habib Rizieq," ujar Kapitra, di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Selasa (16/5/2017).
Kapitra mengatakan Rizieq sebenarnya sudah ingin kembali ke Indonesia.
Namun, rencana kembali ke Indonesia itu ditunda karena Rizieq menilai kasus dugaan pornografi diproses untuk pembunuhan karakter.
Kapitra mengungkapkan bahwa Rizieq saat ini berada di Arab Saudi.
Sebelum ke Arab Saudi, Rizieq berada di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk menyelesaikan studi doktoralnya.
Menurut Kapitra, jika polisi ingin mengusut kasus chat WhatsApp berkonten pornografi yang diduga antara Rizieq dangan Firza, maka polisi harus fokus mencari pihak yang memproduksi dan menyebarkan gambar percakapan tersebut.
"Jadi ini kekuatan politik lebih kental, ada executive order di dalamnya sehingga Habib Rizieq jadi target pembunuhan karakter," ujar Kapitra.