Menengok Megah dan Damainya, Tiga Rumah Ibadah di Kampung Sawah
Ya, Kampung Sawah memang sudah menjadi icon keberagaman, toleransi dan kekayaan warisan Budaya di Bekasi.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
LAPORAN WARTAWAN TRIBUNNEWS.COM, THERESIA FELISIANI
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Sudah pernah ke Kampung Sawah di Bekasi, Jawa Barat? Jika belum, sempatkanlah waktu ke sana untuk merasakan bagaimana damai dan toleransi sangat kental terjaga sejak bertahun-tahun silam.
Ya, Kampung Sawah memang sudah menjadi icon keberagaman, toleransi dan kekayaan warisan Budaya di Bekasi.
Meski letaknya di pinggiran ibu kota, Kampung Sawah masih menyisakan hawa sejuk pedesaan. Disana masih tersisa kebun, persawahan hingga kolam maupun empang-empang ikan.
Saat menyusuri Jl Raya Kampung Sawah, susana damai terlihat kala menemui masjid terbesar di Kampung Sawah, Masjid Masjid Agung Al Jauhar Yasfi.
Letak masjid ini hanya sekitar 50 meter dari Gereja Kristen Pasundan dan 200 meter dari Gereja Katolik Santo Servatius.
Dari letak bangunan yang berdampingan ini, bisa mencerminkan bagaimana warga Betawi di sini saling menghormati satu sama lain meski berbeda keyakinan.
Untuk diketahui, Kampung Sawah merupakan kampung Betawi yang ada di Bekasi. Disana warganya memeluk tiga keyakinan yakni Protestan, Katolik dan Islam.
Menutur KH Rahmaddin Afif (72), warga asli Kampung Sawah, kerukunan hidup antar warga di sana berlangsung secara alamiah.
Hingga kini mereka tetap menjunjung tinggi dan menjaga amanah leluhur yang diwariskan turun temurun soal pentingnya toleransi.
"Dalam satu keluarga, berbeda keyakinan itu banyak ditemui disini. Umunya perpindahan agama terjadi karena pernikahan. Meski satu rumah beda-beda tapi disini tetap damai. Tetap saling kunjung saat Hari Besar Keagamaan," terang KH Rahmaddin di Kampung Sawah, Senin (26/6/2017) kemarin.
Bisa diibaratkan, Kampung Sawah adalah miniatur kecil dari Indonesia yang berbeda-beda namun tetap satu.
Susana damai dan toleransi tinggi utamanya saat Lebaran maupun Natal di Kampung Sawah selalu menjadi trending topik di media sosial.
Misalnya saat misa di gereja, umat katolik di Kampung Sawah biasa menggunakan baju khas Betawi lengkap dengan peci dan kerudung.
Lalu ketika Lebaran, panitia perayaan Shalat Id adalah warga Protestan dan Katolik. Sebaliknya saat Natal, giliran warga beragama Islam yang sibuk menjadi panitia diantaranya mengurus keamanan dan parkir.
Di jam-jam tertentu, suara adzan dhuhur terdengar di masjid. Selang beberapa menit, lonceng Gereja Katolik Santo Servatius berbunyi. Peristiwa seperti ini terjadi bertahun-tahun dan tidak ada masalah.
Warga Kampung Sawah tetap bisa melaksanakan ibadah dengan khusyuk karena volume suara di masing-masing rumah ibadah diatur sedemikian rupa agar tidak saling mengganggu.
Jadi tunggu apalagi, jika ada kesempatan sempatkanlah berkunjung ke Kampung Sawah untuk bisa menyaksikan sendiri bagaimana toleransi di sana sungguh patut diacungi jempol.