Mulyadi Sering Nonton Video ISIS di Rumah Kos Temannya
Mulyadi (28), pelaku penyerangan dua anggota Brimob di Masjid Falatehan seberang Mabes Polri, diduga simpatisan kelompok teror ISIS.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulyadi (28), pelaku penyerangan dua anggota Brimob di Masjid Falatehan seberang Mabes Polri, diduga simpatisan kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Ia kerap menceritakan kepada keluarga dan temannya, jika ISIS dan ideologi Khilafah yang diajarkannya adalah baik.
"Diketahui bahwa Mulyadi ini selalu asyik dengan handphonenya. Setiap ketemu dengan teman dan kakaknya, dia selalu mengatakan bahwa ISIS itu baik, khilafah itu baik. Dia terus menyampaikan itu," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto.
Menurut Setyo, dari pemeriksaan keluarga dan temannya, diduga Mulyadi telah terkontaminasi ajaran radikal lewat konten-konten yang tersebar di media sosial dan grup messenger.
Polisi telah memeriksa empat orang terkait kasus ini. Mereka adalah kakak kandung, kakak ipar, dan dua temannya.
"Beberapa hari sebelum kejadian, kakaknya tahu bahwa dia membeli sangkur di Bekasi. Tapi, kakaknya tidak tahu itu digunakan untuk apa. Dia pamit mau pulang kampung. Tapi, dia menemui temannya di Jakarta. Ternyata, dia melakukan penikaman anggota di masjid," ujar Setyo.
Hal serupa juga dilontarkan oleh Angga, teman Mulyadi.
Baca: Mulyadi Pelaku Penusukan Anggota Brimob Diduga Gunakan KTP Palsu
Angga menuturkan, Mulyadi kerap menonton video ISIS di kamar kos Angga di Kalibata, Jakarta Selatan.
"Selama di kosan itu, Mulyadi banyak menonton video ISIS dan jihad. Seluruh video itu diperlihatkan pada rekannya (Angga)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Rikwanto.
Rikwanto mengatakan setelah dua hari di kosan Angga, 26 Juni 2017 pukul 14.00 WIB, Angga mengantarkan Mulyadi ke Stasiun Palmerah.
"Pada temannya itu, Mulyadi mengatakan ingin bertemu dengan temannya yang berasal di Padang Panjang dan diantar sampai Stasiun Palmerah," kata mantan Kapolres Klaten tersebut.
KTP Ganda
Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Zudan Arif Fakrullah menjelaskan terduga teroris yang menusuk dua anggota Brimob memiliki KTP Ganda. Pelaku diketahui bernama Mulyadi.
Hal itu diungkapkan Zudan setelah melakukan pengecekan terhadap nama dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) tersangka.
"Iya, KTP yang bersangkutan ganda. Dia terdata di Agam, Sumatera Barat dan Cikarang, Bekasi," jelasnya.
Namun begitu, jika diteliti dengan menggunakan tempat tanggal lahir dan NIK, bukan nama Mulyadi yang tertera adalah Junaidi.
Tetapi, Zudan menegaskan bahwa benar Mulyadi yang dimaksud oleh pihak kepolisian merupakan seseorang yang bertempat tinggal di Bekasi bersama kakak iparnya.
"Kalau dilihat dari empat unsur yang lain, nama ibu, NIK dan tempat tinggal serta rekam jejak, maka dia benar adalah Mulyadi seperti yang dikatakan oleh pihak kepolisian," ujarnya.
Sementara itu pengurus Masjid Falatehan, Junaidi mengatakan tidak ada tanda-tanda mencurigakan sebelum salat Isya berjamaah dilakukan saat kejadian.
Namun, sekitar pukul 19.40 WIB salat isya telah selesai, ketika imam salat mengucap salam terakhir, tiba-tiba dari arah kanan Masjid Falatehan di saf ketiga, seorang pria tak dikenal menusuk dua anggota polisi dengan pisau sangkur.
Pelaku kemudian mengacung-acungkan pisau sangkurnya ke jamaah yang salat. Sontak jamaah berhamburan ke luar ketakutan.
"Pelaku berceracau tidak jelas, seperti orang tidak waras," tutur Junaidi.
Setelah menikam dua anggota Brimob, AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful, pelaku berlari ke arah terminal Blok M dekat lapangan futsal dan langsung segera dilumpuhkan Brimob.
Hingga kini, pengurus DKM Masjid Falatehan tengah akan berkoordinasi dalam waktu dekat untuk meningkatkan pengamanan masjid.
Menurut rencananya, akan dipasang kamera pengawas (CCTV) mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali. (dik/ter/wly)