Pemakaman Penuh Haru, Nisan Catur Terus Dibasahi oleh Air Mata dari Sosok ini
Catur Juliantono (32) meninggal setelah terkena petasan pada pertandingan antara Indonesia dan Fiji.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Catur Juliantono (32), suporter yang meninggal dunia setelah terkena petasan pada pertandingan antara timnas Indonesia dan Fiji di Stadion Patriot Candrabhaga, dimakamkan, Minggu (3/8/2017).
Catur dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Sumur, tak jauh dari kediamannya di Jalan Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur.
Sang Ibunda, Sri, yang mengenakan kerudung hitam tampak terdiam sambil memeluk papan nisan makam Catur yang berwarna putih.
Tidak ada kata-kata yang terucap dari Sri, kecuali tangisan yang tidak sanggup dia tahan.
Baca: Demi Rekor Dunia, Pria Ini Izinkan 100.000 Lebah Mengerumuni Kepalanya
"Sudah Bu, sudah, sudah tenang. Sudah tenang," ujar para tetangga yang ikut mengantar Catur ke rumah terakhir.
Sri dibujuk untuk tidak terus menerus memeluk makam anaknya.
"Kita doakan ya, sekarang kita doakan," ujar para kerabat.
Air mata yang turun tidak henti-hentinya diseka.
Baca: Kasus Istri Muda Bunuh Istri Tua, Kini Sang Suami Jadi Tersangka
Sri harus dipapah ketika berjalan kembali ke rumah duka.
Catur meninggalkan istri dan seorang anak yang masih berusia 2,5 tahun.
Catur meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit akibat terkena ledakan petasan di stadion.
Suporter setia Garuda
Catur Julianto (32), seorang suporter setia Timnas Sepak Bola Garuda itu kini telah tiada.
Insiden petasan yang mengenai muka di bagian pelipis sebelah kirinya menyebabkan Catur menghembuskan nafas terakhir saat pertandingan persahabatan antara Indonesia kontra Fiji di Stadion Patriot, Kota Bekasi, Sabtu (2/9) sore.
Nur Hasan (50), mertua Catur, menceritakan bahwa menantunya tak pernah melewatkan momen untuk menonton secara langsung penampilan Timnas baik di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) maupun di Stadion Patriot Kota Bekasi. Ia mencintai sepak bola Indonesia sejak Timnas dipunggawai oleh Irfan Bachdim.
Baca: Pembantaian Etnis Rohingya, Menlu Retno: Indonesia Tidak Hanya Mengecam Tapi Juga Bertindak Nyata
"Dia izin (mau menonton) ke istrinya karena memang penggemar bola, PSSI. Timnas saja bukan klub. Setiap timnas main kalau ada pertandingan dia pasti nonton, asalkan masih di Jakarta atau Bekasi," kata Hasan di rumah duka, Jalan Kampung Sumur, Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (2/9).
Dari rumah, Catur berangkat bersama dua orang adik iparnya bernama Haikal (13) dan Taufik Hidayat (13).
Usai pulang bekerja pada jam 13.00, pria yang berprofesi sebagai marketing di sebuah perusahaan swasta yang terletak di Cakung ini langsung berangkat naik taksi online menuju Bekasi.
Baca: Pamit Cuci Jeroan Kambing di Sungai Brantas, Jasad Sumajianto Ditemukan Dua Hari Kemudian
Hasan kaget ketika mendapatkan telepon dari Haikal yang menyebutkan bahwa Catur mengalami kecelakaan.
Sontak ia bersama orang tua beserta istri Catur langsung menghampiri mereka ke RS Mitra Keluarga Bekasi.
"Saya sudah firasat kalau Catur sudah ngga ada. Ternyata benar, pas saya sampai, (Catur) sudah meninggal. Luka bakarnya di muka sebelah kiri," ungkapnya.
Catur meninggalkan seorang istri bernama Nur Mila Yasmi (27) beserta seorang anak laki-laki bernama Hafidz yang masih berusia 2 tahun.
Rencananya, jenazah Catur akan disemayamkan di TPU Kober Budaya yang terletak tak jauh dari rumah duka pada Minggu (3/9) ini sekitar jam 10.00.
KOMPAS.com/Jessi Carina
Artikel ini sudah dipublikasikan di KOMPAS.com dengan judul: Air Mata Sang Ibu Terus Mengalir Saat Peluk Nisan Catur yang Meninggal karena Petasan