Pepatah Batak Hingga Banjar Dalam Pidato Anies
Dalam pidatonya, Anies mengambil pepatah dari sejumlah daerah di Indonesia di antaranya Batak, Madura, Aceh, dan Banjar.
Penulis: Adi Suhendi
"Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan kolonialisme. Kini telah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri," katanya.
Menegaskan hal tersebut, Anies meminjam pepatah dari Madura
“Jangan sampai terjadi di Jakarta ini apa yang dituliskan dalam pepatah Madura, 'Itik se atellor, ajam se ngeremme'. Itik yang bertelur, ayam yang mengerami. Seseorang yang bekerja keras, hasilnya dinikmati orang lain," ucapnya.
Ia pun dalam pidatonya mengingatkan pentingnya memperjuangkan persatuan dalam kehidupan kota, tak hanya merayakan keragaman.
Anies pun mengambil sebuah pepatah Aceh “Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub.”
"Persatuan dan keguyuban ini yang harus terus kita perjuangkan, dimulai dari meruntuhkan sekat-sekat interaksi antar segmen masyarakatnya, terutama pemisahan ruang interaksi berdasar kemampuan ekonomi," katanya.
Terakhir ia mengingatkan dalam membangun Jakarta seluruh elemen masyarakat harus bahu membahu dan saling mendukung.
Ia pun meminjam pepatah Banjar 'Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu' yang memiliki arti satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher.
"Kiasan ini bermakna hubungan antar elemen masyarakat yang erat, saling setia dan mendukung satu sama lain. Inilah semangat yang hendak kita bangun," katanya.