Syafii Maarif: Suhardi Alius Adalah Anak Bangsa Memiliki Dedikasi yang inggi terhadap masalah bangsa
Salah satu kelemahan dari mental bangsa Indonesia sesudah revolusi adalah sifat ‘mental menerabas’ atau mental menempuh jalan pintas
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu kelemahan dari mental bangsa Indonesia sesudah revolusi adalah sifat ‘mental menerabas’ atau mental menempuh jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu dengan tidak memperdulikan aturan yang berlaku, etika dan prosedur yang telah disepakati.
Mental menerabas yang dilakukan berulang ulang tersebut membuat masyarakat cenderung permisif dan tidak peduli. Akibatnya perilaku tersebut menjadi lumrah, biasa dan dianggap sepele.
Padahal tanpa disadari perilaku itu telah memicu munculnya masalah-masalah yang lebih besar yang dapat mengancam ketahanan nasional.
Demikian diucapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Dr Moehmahadi Soerja Djanegara, SE, Ak, MM, C.P.A., mengutip kalimat dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, dari sebuah buku mengenai arti integritas menurut Kepala BNPT.
Hal tersebut dikatakan Moehmahadi dalam sambutannya saat menjadi keynote speaker dalam acara launching dan bedah buku berjudul “Integritas di Tengah Kabut Idealisme, Kepemimpinan & Pembelajaran Hidup Suhardi Alius” karya Dedi Mahardi yang berlangsung di Auditoium Lemhanas RI, Jakarta, Sabtu (28/10/2017) siang.
“Masalah korupsi masih menjadi persoalan besar bangsa kita. Akar permasalahnya adalah makin lunturnya integritas, lunturnya kejujuran dan makin lunturnya rasa cinta kepada bangsa, negara dan tanah air. Namun demikian kita harus yakin masih banyak anak bangsa yang punya integritas yang tinggi yang salah satunya Suhardi AliusHal tersebut,” jelas Moehmahadi Soerja Djanegara.
Buku ini awalnya sengaja ditulis Dedi Mahardi terkait integritas terhadap sesorang atas inisiator dari tokoh ulama nasional Prof. Dr (Buya) Ahmad Syafii Maarif dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, tanpa sepengetahuan dari Komjen Suhardi Alius
Dalam penilaian Moehmahadi, ada beberapa hal yang mengenai sosok Kepala BNPT tersebut. Menurutnya sosok Kepala BNPT tersebut adalah seorang pemikir yang cerdas dan mampu menuangkan pemikirannya dalam suatu konsep yang jelas dan bernilai strategis.
“Salah satu kelebihannya beliau mampu berpikir, menuliskannya sekaligus menjelaskan pemikirannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tidak banyak orang yang bisa selengkap Suhardi Alius,” kata Moehmahadi Soerja Djanegara.
Selain itu menurutnya, sosok alumni Akpol ini adalah orang yang sopan dengan memilii tutur kata yang halus, yang punya sikap tegas dalam mengambil keputusan, serta bijak.
“Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masalah berat yang dihadapi mampu diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan riak-riang yang tidak perlu dan meresahkan kehidupan bernegara,” jelas mantan anggota I dan V BPK ini .
Selain itu menurutnya , mantan kabareskrim Polri itu adalah sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja, dan mudah diterima oleh siapa pun.
“Selama berkawan dengan Suhardi Alius saya mengetahui bahwa dia adalah orang yang mau menerima masukan dan pendapat dari orang lain, serta memanfaatkan pendapat tersebut yang menurut beliau benar dalam melaksanakan tugasnya,” ujarnya
Sementara itu Buya Syafii Maarif sendiri melihak sosok Kepala BNPT ini adalah anak bangsa yang istimewa dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap masalah bangsa.
Apalagi saat ini mantan Kapolda Jawa Barat itu sering mendapatkan undangan dari berbagai negara untuk berbicara masalah penanggulangan terorisme ,
“Sekarang dia (Suhardi Alius) menjadi guru dimana-mana, diminta di Turky, Australia, Amerika, Jerman untuk mengajarkan bagaimana cara menanggulangi terorisme. Walaupun masih ada juga teror tapi sudah jauh berkurang,” kata mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah ini.
Apalagi menurut Buya, masalah terorisme ini bermula dari berbagai masalah yakni bia dari keadilan sosial karena ketimpamgan jika tidak cepat diatasi dan para teror jika hanya ditembak atau dihukum akan memunculkan 1000 teroris baru dan akan menjadi masalah besar.
Selain itu terorisme muncul karena adanya ideologi-ideologi ‘rongsokan’ yang datang dari luar dimana orang tidak bisa membedakan ini antara arabisme atau islam diaman orang akan susah untuk membedakan.
“Arabisme ada yang posotif, yang negatif ya kelompok-kelompok garis keras, ada ISIS, Bokoharam dan sebagainya. Nah negara barat tidak paham masalah seperti ini, tapi Suhardi Alius bisa memahami ini. Ini kelebihan Suhardi Alius sehingga dia menjadi konsultan dimuka bumi ini mengajarkan kepada negara barat bagaimana cara mengatasi terorisme. Tentunya ini luar biasa,” ujar Buya.
Lalu Dedi Mahardi sendiri mengaku kalau dirinya mendapatkan berbagai masukan dari berbagai tokoh bangsa lainnya bahwa negeri ini tuna teladan untuk memunculkan orang-orang baik di negeri ini.
“Ini agar anak bangsa dan generasi kedepan itu menyadari bahwa bangsa ini harus dibangun dengan kejujuran, kebaikan dan dengan integritas, bukan lagi dengan kepalsuan. Setelah melalui berbagai penialaian dari berbagai tokoh, akhinya muncul nama pakSuhardi Alius di ranking pertama,” katanya.
Sementara itu Suhardi Alius sendiri mengaku kalau awalnya kaget karena tidak pernah berfikir ada orang yang menulis tentang dirinya.
“Yang menginisiasi buku ini ternyata adalah Buya Syafii Maarif dan pak Nazaruddin Umar. Pengalaman hidup bahwa integritas itu sangat penting, berfikir secara pribadi memang butuh integitas.” urainya.
Menurutnya, negara ini dibangun dengan idealisme para pendiri bangsa ini dimana pejuang bangsa ini memperjuangakan bangsa ini sehingga bisa merdeka dengan idealisme.
“Kita ini cuma mengisi kemerdekaan. Nah integritas itulah yang diperlukan untuk membangun bangsa ini,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini
Lebih lanjut dirinya mengakui bahwa ditengah membangun bangsa ini banyak turbulency dan kabut ditengahnya yang harus dihadapi dengan integritas.
“Saya maknai integritas itu sebagai sebuah prinsip, komitmen yang dilatarbelakangi dengan kejujuran, nilai nilai spiritual, knowledge yang didapat selama ini, sehingga bisa membedakan dengan jelas mana yang baik, mana yang buruk serta mana yang benar dan yang salah. Itu sebagai kontrol kita,” ujarnya.
Dari pengalaman sekolah di luar negeri dirinya melihat sebuah sistem di sebuah negara bisa berjalan dengan baik, dan masyarakatnya sudah terlihat maju dan sebagainya.
Untuk itu dengan melihat kondisi bangsa seperti ini tentunya dibutuhkan keteladanan, sehingga integritas itulah yang sangat diperlukan.
“Sebenarnya kuncinya mudah, cuma kemauan saja Kalau kita mau saya pikir mulai dari diri sendiri, jangan berteriak saja tapi tidak berbuat, saya pikir bisa kita laksanakan, minimal bisa menginspirasi lingkungannya. Itu yang saya ingin harapkan,” tuturnya.
Tampak hadir dalam acara bedah buku yang dipandu Wianda Pusponegoro sebagai moderator diantranya yakni mantan Kapolri Jenderal Pol. (Purn) Surojo Bimantoro, Jenderal Pol (Purn) Da’i Bachtiar, mantan Jaksa Agung, Basrief Arief, Wakil menteri ESDM Archandra Tahar, mantan Kepala BNPT Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai, anggota kelompok ahli BNPT bidang agama Prof. Dr, Azyumardi Azra,anggota kelompok ahli bidang pskologim Prof Dr, Hamdi Muluk, Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi PUKAT UGM, Dr. Zainanl Arifin Mochtar, mantan narapidana kasus terorisme Ali Fauzy Manzi dan Khoirul Ghazali serta undangan lainnya.