Kasihan Balita Penderita Hidrosefalus dan Hernia Ini Butuh Bantuan Dana Untuk Operasi
Muhammad Faris Al Farisi balita berusia 13 bulan asal Desa Papuyuan, Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan diusianya tersebut harus menanggung sakit
TRIBUNNEWS.COM, PARINGIN - Muhammad Faris Al Farisi balita berusia 13 bulan asal Desa Papuyuan, Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan diusianya tersebut harus menanggung sakit yang cukup berat.
Balita ini menderita hidrosefalus (pembesaran kepala) serta hernia (penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut), saat ini kondisinya lemah tak berdaya.
Informasi yang dihimpun langsung dari kedua orang tuanya yaitu Nur Rafika dan Aldi Alfianor, bahwa saat melahirkan pada 30 September 2016 lalu kondisi Faris normal saja.
Baca: Meme Setya Novanto yang Dibuat Dyann Kemala tidak Bisa Dikategorikan Pencemaran Nama Baik
Namun, pada saat beranjak usia dua bulan, gejala hidrosefalus mulai terlihat, lalu pada awal Januari 2017 dibawa operasi ke Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.
Menggunakan jasa BPJS Kesehatan, operasi dilakukan gratis, namun usai operasi ternyata terindikasi lagi penyakit hernia.
Hingga kini kondisi Faris masih belum bisa dibawa untuk operasi lanjutan ke RS Ulin Banjarmasin.
Berdasarkan pantauan, pasca operasi pertama Faris dipasangi selang di kepala sampai perut guna untuk mengeluarkan cairan dikepalanya, informasinya selang tersebut tak bisa dibuang dan harus seumur hidup.
"Bila dibuang maka kepalanya akan membesar lagi, ini selangnya masih ada terpasang," ujar Nur Rafika.
Baca: Meme Setya Novanto yang Dibuat Dyann Kemala tidak Bisa Dikategorikan Pencemaran Nama Baik
Kondisi perutnya juga mengembung, dan kemaluannya bengkak, pada saat bernafas mengeluarkan suara yang cukup nyaring dari tenggorokannya.
Namun untuk buang air kecil masih lancar, sementara itu untuk makan minum masih normal, hanya saja nafasnya sesak apalagi jika malam hari suara yang dikeluarkan cukup nyaring.
"Sebelumnya sempat dibawa ke RSUD Balangan dan direkomendasikan ke RS Ulin Banjarmasin, karena ketiadaan biaya yang belum mencukupi sehingga belum bisa dibawa,"katanya.
Sang suami yang hanya bekerja sebagai penyadap karet terus berupaya mengumpulkan biaya agar nantinya bisa dibawa ke RS Ulin Banjarmasin.