Menyedihkan, Program OK OTRIP ala Anies-Sandi Tak Diminati Warga DKI
Berdasarkan data, kartu OK-OTRIP yang terjual baru 125 kartu sejak hari pertama penjualan pada 23 Desember - 27 Desember 2017.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Ok-Otrip Anies-Sandi tak diminati masyarakat.
Penjualan kartu Ok-Otrip selama 5 hari di sejumlah halte transjakarta memberikan indikasi itu.
Berdasarkan data, kartu OK-OTRIP yang terjual baru 125 kartu sejak hari pertama penjualan pada 23 Desember - 27 Desember 2017.
Padahal Pemprov DKI menyediakan 5.000 lembar kartu Ok-Otrip. Kepala Humas PT Transjakarta, Wibowo, membenarkan hal tersebut.
"Iya, sudah 125 kartu yang sampai saat ini terjual," kata Wibowo ketika dihubungi Wartakotalive.com, Rabu (27/12/2017).
Baca: Kisah Artis Cilik Boboho Saat Dewasa: Hidupnya Kini Jauh Berbeda
Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, mengatakan, hal itu terjadinya karena buruknya implementasi kebijakan Ok-Otrip.
Lagipula, kata Trubus, kebijakan Ok-Otrip juga cenderung membuat bingung masyarakat.
"Karena bikin bingung, makanya tak direspon. Ini kan menyedihkan," kata Trubus ketika dihubungi Wartakotalive.com, Rabu (27/12/2017).
Menurut Trubus, kebingungan masyarakat muncul karena selama ini sudah jelas naik Transjakarta cukup Rp 3.500 sudah dapat keliling Jakarta.
"Nah Ok Otrip malah lucu. Biayanya malah jadi Rp 5.000 dan sistemnya beribet. Sehingga wajar saja warga menangkap ada kenaikan ongkos Rp 1.500," ucap Trubus.
Tapi menurut Trubus tak diminatinya Ok Otrip lantaran perencanaan kebijakan kurang matang dan komprehensif.
"Makanya di tataran implementasinya jadi tidak jelas," ujar Trubus.
Ujung-ujungnya, kata Trubus, masyarakat yang lagi-lagi dirugikan.
"Ini cerminan manajemen kepemimpinan Anies-Sandi tang bersifat elitis dan cenderung membuat kebijakan sekedar mencari popularitas, ingin tampil beda, dan cenderung dipaksakan demi memenuhi sekedar janji-janji politik," ucap Trubus