Masjid Jadi Tempat Beribadah dan Hadirkan Dakwah yang Menyejukkan
Gerakan politik bisa dirajut dari masjid ke masjid, namunu ntuk kemaslahatan ummat dan kebaikan bagi bangsa dan negara
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya paham-paham radikal keagamaan dan politik memanfaatkan ruang spiritual, utamanya masjid dan musala dinilai Koordinator Forum Silaturahim Takmir Masjid Jakarta (FSTM), M Husny Mubarok Amir meresahkan.
Apalagi penganut faham itu menggunakan slogan dan simbol agama dan tidak jarang dinyatakan dengan bahasa kebencian dan permusuhan terhadap pihak lain yang berbeda.
"Ceramah yang isinya hasutan serta ujaran kebencian membuktikan semakin menguatnya paham agama yang berciri radikal dan membahayakan persatuan dan kesatuan," kata Husny di sela-sela Trainning Capacity Building (Peningkatan Kapasitas) Takmir Masjid Jakart di Jakarta, Kamis (23/2/2018).
Sudah menjadi tugas penting masyarakat, khususnya takmir/pengurus masjid untuk mengikis habis sebelum tumbuh menjadi besar.
"Karena membiarkan duri dalam daging semakin lama akan membuat daging membusuk dan merusak sistem imun tubuh secara keseluruhan," katanya.
Ditekankan, masjid sejatinya dibuat sebagai tempat beribadah kepada Tuhan dan dakwah-dakwah yang menyejukkan.
Baca: Amnesty International: 2017 Tahun Politik Kebencian
Islam, kata dia tidak menafikan gerakan politik yang dirajut dari masjid ke masjid, namun tentunya politik untuk kemaslahatan ummat dan kebaikan bagi bangsa dan negara.
Tentang program Trainning Capacity Building (Peningkatan Kapasitas) Takmir Masjid Jakarta dimaksudkan mendorong takmir masjid mewujudkan masjid sebagai media penyebaran Islam yang Rahmatan lil alamin dan pemersatu bangsa.
Hadir Habib. Ali Hasan Bin Bahar (Bidang Dakwah Robitho Alawiyah PBNU), KH. Ahmad Ishomuddin M.Ag (ROIS PBNU), KH. Makmun Al Ayubi (Ketua DMI DKI Jakarta).
Kemudian KH Faiz Syukron Makmun (Pengasuh Ponpes Darul Rahman Jakarta). KH. Ahmad Fauzi (Pengasuh Ponpes Daml Qodwah), KH Sholeh Sofyan (Dai), Sekertaris FSTM Yusuf Ahmad yani, dan Habib Hamid Al Qodri.
"Hari ini kita mengadakan pelatihan penguatan wawasan dari takmir-takmir Masjid.Tujuan utama dari FSTM ini didasari dari kampanye-kampanye yang negative. Ujaran cacian dan kebencian yang berawal dari masjid ke masjid lambat laun dihapuskan," ujar Husny.
Baca: Jazilul: Generasi Muda NU Harus Aktif Berdakwah di Medsos
Husny menjelaskan, dalam forum ini nantinya dibahas mengenai materi-materi tentang bagaimana methode-methode Dakwah, Peran dan fungsi masjid, terutama masjid sebagai perekat umat, pemersatu umat, dan juga penguat negara," jelasnya.
Acara ini merupakan kali keempatnya, dengan beranggotakan lebih dari 100 Takmir Masjid, yang tersebar di seluruh Jakarta.
"Diharapkan silaturahmi ini dapat tersampaikan pesan-pesan sejuk, pesan pesan kedamaian. Semoga ini dapat ditiru oleh daerah- daerah lain," harapnya.
Menurutnya, ibu kota jakarta merupakan poros barometer dari politik nasional, serta stabilitas nasional, sehingga lain daerah bisa melakukan hal yang sama.