Keluarga Korban Laka di Tanjakan Emen Tuntut Tanggung Jawab EO dan Perusahaan Otobus
Sampai saat ini tak ada permohonan maaf serta tanggung jawab pihak EO dan PO yang telah lalai hingga menimbulkan korban meninggal dunia dan luka berat
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Warta Kota, Andika Panduwinata
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Ratusan warga Legoso, Kelurahan Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, menuntut pihak penyelenggara (EO) dan Perusahaan Otobus (PO) Premium Passion meminta maaf dan bertanggung jawab.
Ratusan warga itu adalah keluarga korban kecelakaan maut tanjakan Emen di Kampung Dauwan Desa Ciater, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Februari lalu.
Para keluarga korban yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Keluarga Korban Tanjakan Emen (FSKK) berkumpul di Kantor Kelurahan Pisangan, membawa bendera kuning sebagai simbol duka mendalam para keluarga yang kehilangan anggota keluarganya.
Juru Bicara FSKK Aang Junaidi yang juga keluarga korban menjelaskan, kehadiran keluarga korban tersebut untuk meminta bantuan pemerintah setempat dalam memediasi pertemuan antara keluarga korban dengan pihak EO dan PO Premium Passion.
Baca: Kegerahan di Persidangan, Syahrini: Izin Yang Mulia, Kalau Saya Lepas Jaket Boleh?
Baca: Terungkap! Dari Pekerjaan Meng-endorse Produk, Syahrini Dibayar Ratusan Juta Rupiah
Menurutnya, sampai saat ini tak ada permohonan maaf serta tanggung jawab pihak EO dan PO, yang telah lalai hingga menimbulkan korban meninggal dunia hingga luka berat.
“Kami menanyakan permintaan maaf dan tanggung jawab pihak EO dan PO yang sampai hari ini belum pernah menyampaikan permintaan maaf dan tanggung jawabnya kepada keluarga korban meninggal dan korban luka-luka,” ujar Aang di Kantor Kelurahan Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (3/4/2018).
“Kami meminta kepada semua pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini. Kami begini karena surat somasi yang kami layangkan tak juga digubris,” sambungnya.
Aang menuturkan, selain 26 korban meninggal, ada 11 korban luka berat yang sampai saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit dan perawatan alternatif.
“Korban luka berat 11 orang, mereka ini masih berobat jalan dan urut ke alternatif. Ini kan perlu biaya yang tidak sedikit. Memang di rumah sakitnya gratis, tapi buat ongkos bolak-balik ini tidak kecil,” tutur Aang.