Ahmad Syafii Mufid: Mari kita Berdebat dengan Argumentatif yang Berpangkal dari Permasalahan bangsa
Ahmad Syafii Mufid, MA mengajak kepada semua agar supaya betul-betul menjaga suasana politik.
Editor: Toni Bramantoro
Menurut peneliti senior di Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama (Kemenag) ini, jika ujaran kebencian dibiarkan dalam debat tentunya hal tersebut sangat sangat berbahaya sekali Karena jika nanti sudah terpilih pemimpin, baik itu dengan jujur atau tidak jujur karena sudah didahului dengan kebencian, maka yang terjadi adalah kecurigaan. Dan kalau kecurigaan itu terjadi, maka langkah berikutnya adalah protes.
“Kalau protes itu dianggap oleh mereka tidak bisa diakomodir maka yang terjadi adalah perlawanan sosial,. Perlawanan sosial itu bisa berwujud seperti revolusi sosial seperti yang terjadi di Thailand, mesir, timur Tengah dan negara lain. Kalau revolusi social itu dibingkai dengan nuansa pikiran yang bercorak kepada etnis, ras, agama ataupun ideologi kemudian dipakai untuk landasan kebencian, maka yang terjadi adalah perang saudara, itu yang saya khawatirkan dan jangan sampai terjadi di negeri ini,” ujanrya.
Untuk itu dirinya berharap kepada pemerintah atau apparat hukum untuk betul-betul menegakkan aturan tanpa pandang bulu jika masih menemukan adanya ujaran kebencian dalam debat tersebut baik di duia nyata ataumun di media sosial. “Karena jika dibiarkan dan berpihak kepada kelompok tertentu tentunya akan melahirkan ketidakpuasan dan protes. Dan itu bisa menjadi kemarahan yang terpendam, itu sangat bahaya,” ujarnya.
Upaya lain menurutnya, pemerintah baik mulai dari Presiden sampai dengan Lurah harus dapat memberi contoh kepada masyarakat melalui ucapan dan tindakan sejuk, dengan tidak mengajak berantem, ataupun menang-menangan. Yang harus ditonjolkan oleh para paangan calon adalah harus bisa mengatkan bahwa dirinya akan menggunakan jabatan tersebut untuk memakmurkan, melaksanakan keadilan bagi masyarakat sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa dalam membangun dan memerdekakan negara ini.
“Itu yang harus banyak disampaikan sehingga rakyat itu menjadi percaya. Karena kalau tidak demikian maka ketidakpercayaan itu akan menggumpal dan tentunya ini sangat riskan. Cara yang terbaik menurut saya untuk mengatasi itu ya harus dengan memperbanyak dialog agar bisa menerima pandangan pandangan yang berbeda itu meskipun tidak harus melaksanakan. Itu untuk mengurangi tensi itu,” paparnya
Untuk itu dirinya mengajak kepada seluruh anak bangsa Republik Indonesia ini untuk terus menjaga perdamaian, persatuan dan bersama-sama untuk membangun negeri yang dicintai ini menuju negara yang adil dan sejahtera dengan melakukan debat secara santun, argumentative, saling menyayangi, menghargai dan menghormati kepada pihak-pihak yang berbeda tanpa menggunakan ujaran kebencian.
“Karena pada hakikatnya perbedaan-perbedaan itulah yang kita kelola dengan baik agar dapat mewujudkan cita-cita negara ini saat didirikan, dibangun dan dikembangkan yaitu negara yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam NKRI yang Berbhineka Tunggal Ika,” katanya.