Kelalaian Dari Diri Kita Sendiri Penyebab Lunturnya Budaya Siswa Hormati Gurunya kata Hamdi Muluk
Hamdi Muluk, M.Si mengatakan bahwa penyebab lunturnya karakter atau budaya siswa untuk menghormati gurunya sebagai orang yang mendidik mereka
Editor: Toni Bramantoro
“Orang tua model seperti ini juga tidak benar. Tapi sedihnya kenyataan ini justru banyak terjadi di masayarkat kita sekarang ini. Sedih sekali, api itulah kenayataanya,” ujarnya mengamati.
Bahkan menurutnya, pada saat ini kita krisis contoh Keteladanan . Padahal anak-anak ini perlu Role Model yang akan dia teladani. Dan orang tua diharapkan bisa memberikan teladan yang bagus kepada anaknya misalnya seperti tidak KKN, ucapannya bisa dipegang, hormat kepada otoritas (bangsa dan negara), tidak memaki-maki di ruang pubik, ustad berceramah tidak memaki,maki dan tidak meuyebar ujaran kebencian.
“Kritis boleh tapi elegan dan santun. Jadi kita krisis contoh yang baik dari yang atas atas, krisis Role Model. Nah insitusi kerluarga dan sekolah menghadapi tantangan yang tidak mudah. Ditengah iklim sosial kita yang seperti ini Elite politik bahkan tidak mecontohkan pendikan Nilai Nilai itu,” kata Ketua Program Doktor Fakultas Psikologi UI ini..
Untuk itu dirinya juga berharap kepada pemerintah untuk serius menbenahi Sumber Daya Manusia (SDM) dan program revolusi mental itu secara nasioanal. Tidak hanya itu, program dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) juga harus ikut memassif kan gerakan pendikan nilai-nilai.
“Sekolah harus dibenahi, guru guru jangan hanya sibuk khawatir dengan nilai pendidikan akademis semata. Guru harus mengajar dengan hati, kurukulum dirombak, tingkat dasar pendidikan nilai dan karakter lebih dominan dibanding pendidikan skolastik, Sekolah harus menggairahkan bagi siswa untuk belajar banyak hal, life skill dan nilai nilai itu,” katanya.
Untuk itu dirinya juga mengajak seluruh komponen untuk ikut serta dalam membangun bangsa yang beradab dari bangku sekolah. Dirinya memberikan gambaran agar pendidikan agama perlu keluar dari pola yang dogmatis. Dimana pendidiikan agama harus mencerahkan anak-anak untuk menghargai kehidupan yang lebih demoktaris; toleran, hormat menghoramti, rahamaan lil alamain. Bukan malah dikasih doktrin kaku halal atau haram, kafir, sesat dan sebagainya yang sangat doktrin kaku.
“Ini supaya anak anak tidak tumbuh menjadi anak dengan fanatisme agama yang ekstrim, karena ini yang menjadi bibit bibit radikal tereoris dimasa depan. Guru-guru agama juga perlu ditatar ulang agar dapat mengajarkan kepada muridnya nilai-nilai agama yang santun dan menghargai antar sesama umat,” tutur pria yang juga anggota kelompok ahli BNPT bidang Psikologi ini.
Untuk itu dirinya berharap dalam menghadapi era milenial sekarang ini pendidkan kareakter harus ditanamkan dalam bentuk aktidfitas-aktifitas kongkrit seperti olah raga, kesenian, aktifitas kemanusaia, program program yang kreatif. “Jangan pakai pola indoktrinasi, kita harus kreatif mengemas pesan sesuai keinginan anak anak milieneal,” katanya.