Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara 2019 Diikuti 50 Peserta dari Asia Tenggara

Sejauh ini kurang lebih 780 generasi muda Indonesia dari 13 Provinsi telah bergabung dalam duta damai dunia yang dibentuk sejak 2016 lalu.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara 2019 Diikuti 50 Peserta dari Asia Tenggara
ist
Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara 2019 Diikuti 50 Peserta dari Asia Tenggara 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak pernah berhenti melahirkan inovasi dan strategi dalam rangka penanggulangan terorisme. Salah satunya dengan membentuk duta damai dunia maya.

Sejauh ini kurang lebih 780 generasi muda Indonesia dari 13 Provinsi telah bergabung dalam duta damai dunia yang dibentuk sejak 2016 lalu. Kini langkah itu diperluas dengan langkah BNPT membentuk pemuda-pemuda perdamaian lintas negara-negara Asia Tenggara.

Sebanyak 50 pemuda-pemudi dari negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Kamboja, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Laos, ditambah kurang lebih 60 duta damai dunia maya Indonesia berkumpul di Jakarta untuk mengikuti “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” atau Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara 2019.

Selama empat hari, 22-25 April 2019, mereka akan digembleng mentor dari Pusat Media Damai (PMD) BNPT dan narasumber pakar kontra narasi berskala internasional dan nasional.

“Kami sengaja memperluas duta damai dunia maya ke kawasan Asia Tenggara karena saat ini seluruh negara di dunia sedang menghadapi perubahan pola dan modus terorisme dari cara lama ke cara baru,” kata Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis saat membuka secara resmi “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” di Jakarta, Senin (22/4/2019).

Perubahan pola itu, jelas Hendri, ditunjukkan dengan pemanfaatkan secara massif kecanggihan teknologi dan informasi oleh kelompok teroris dalam menyebarkan pesan kekerasan dan rekrutmen anggota mereka.

Dalam kesempatan itu, mantan Komandan Grup III Kopassus itu menegaskan bahwa dalam melawan terorisme tidak hanya sekadar mewaspadai panggung aksi kekerasan mereka. Tetapi juga harus mewaspadai panggung narasi kekerasan yang tersebar di dunia maya. Ia menilai aksi kekerasan dan terorisme bisa dicegah dan diamputasi melalui upaya penindakan dan penegakan hukum, tetapi narasi kekerasan dan terorisme yang massif dan viral di dunia maya sulit untuk ditanggulangi.

Berita Rekomendasi

“Sesungguhnya melawan terorisme saat ini adalah melawan narasi kekerasan yang mudah mempengaruhi semua lapisan masyarakat. Pasalnya tidak ada orang yang kebal dari pengaruh ideologi dan indoktrinasi, kecuali mempunyai imunitas dan kecerdasan dalam menangkalnya,” terang Hendri.

Selain itu, lanjut Hendri, dalam perang narasi kekerasan dan teror di dunia maya, generasi muda merupakan kelompok yang paling rentan karena secara demografi pengguna terbesar dunia maya adalah generasi muda. Itu akan sangat berbahaya bila tidak ditangkal melalui upaya peningkatan kapasitas dan kemampuan literasi media dan literasi digital.

“Generasi muda adalah kelompok usia yang sedang mencari jati diri, identitas, dan idealisme. Apabila dalam proses itu mereka selalu bersinggungan dengan narasi kekerasan, maka akan menimbulkan apa yang disebut self radicalization melalui dunia maya,” ungkap mantan Danrem 173/Praja Vira Braja.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kata Hendri, BNPT menyadari pentingnya suatu gerakan bersama dalam rangka memberikan narasi pembanding di dunia maya dengan konten positif dan pesan damai.

Ia menilai penanggulangan narasi terorisme tidak akan efektif dengan hanya memangkas narasi-narasi kekerasan, tetapi paling penting adalah membanjiri dunia maya dengan konten positif dan pesan damai.

“Duta damai dunia maya memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan dunia maya sebagai ruang yang sehat, mendidik, damai, dan mencerahkan, bukan lagi sebagai ruang yang penuh kebencian, hasutan, dan kekerasan,” tutur Hendri.

Ia menilai, pelatihan duta damai dunia maya tidak hanya cukup dilakukan di dalam negeri saja. Pasalnya, sifat dunia maya adalah lintas batas teritorial (berderless) dan lintas negara (stateless).

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas