Cta-cita Mulia Karim, Bocah 10 Tahun yang Sekolah Sendirian Naik Commuter Line
Karim pergi ke sekolahnya di Depok menggunakan KRL commuter line. Tak ditemani orangtua, ia berangkat seorang diri
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Karim Maullah (10), bocah kelas 3 SD ini menempuh perjalanan jauh dari tempat tinggalnya di Kemayoran, Jakarta Pusat menuju Sekolah Masjid Terminal (Master) Depok, Jawa Barat. Sehari-hari,
Karim pergi ke sekolahnya di Depok menggunakan KRL commuter line. Tak ditemani orangtua, ia berangkat seorang diri.
Cerita tentang Karim beredar di media sosial belakangan ini. Dalam foto yang beredar, Karim saat itu duduk di bangku KRL dengan seragam sekolahnya dan beralaskan sandal karena ia tak punya sepatu.
Berangkat sendiri ke sekolah karena nenek sakit Kompas.com bertemu dengan nenek Karim, Diana (61) yang saat itu sedang menjemput cucunya pulang dari Sekolah Master yang terletak di samping Terminal Depok.
Diana menceritakan bagaimana Karim akhirnya berani berangkat sekolah seorang diri dengan menempuh perjalanan jauh.
Ia mengatakan, pada awal masuk sekolah, mulanya Karim diantar jemput olehnya. “Cuma karena saya sakit pengapuran dan sempat dirawat di rumah sakit akhirnya Karim berangkatnya sendirian,” ucap Diana sambil tersenyum tipis
Ia mengaku sempat khawatir lantaran membiarkan anak sekecil Karim harus naik KRL sendirian tanpa pengawasan siapa-siapa.
Namun, kekhwatiran tersebut hilang oleh kemauan dan semangat Karim untuk menimba ilmu.
“Karim bilang ke saya, 'Sudah tidak apa-apa, Nek, aku berangkat sendiri, aku berani kok. Nenek sembuh aja ya dulu',” ucap Diana menirukan perkataan Karim sambil meneteskan air mata. Akhirnya Karim sering berangkat sendiri ke sekolah.
Diana menyempatkan diri menjemput Karim jika kakinya tidak sedang sakit parah, meski saat ini pun ia masih harus menggunakan tongkat untuk berjalan.
Bangun pukul 03.00
Diana mengatakan, semangat Karim untuk sekolah sangat lah tinggi. Karim bangun tidur dan mempersiapkan keperluannya sendiri untuk sekolah sejak pukul 03.00 WIB.
“Dia yang bangunin saya, Mbak tiap hari kalau mau berangkat, ‘Nek bangun, Nek, aku mau sekolah, aku sudah siap,’ ” kata Diana.
Karim pun berangkat subuh dari Stasiun Kemayoran diantar oleh kakeknya yang bekerja sebagai tukang ojek.
“Kakeknya mah nganter sampai stasiun, nanti dia yang beli tiket sendiri dan jalan sendiri sampai sekolahan,” ucapnya.
Dari Stasiun Kemayoran, Karim menempuh perjalanan 1,5 jam sampai ke Stasiun Depok Baru.
Dari stasiun, ia berjalan kaki sejauh 550 meter atau sekitar 7 menit menuju Sekolah Master.
Mandiri tinggal bersama kakek dan nenek
Sejak kecil, Karim sudah tinggal bersama kakek dan neneknya. Ibu Karim meninggal tahun 2018 karena sakit paru-paru,
Sementara, ayah Karim tinggal di Manggarai. Menurut Diana, sejak kecil Karim biasa ditinggal pergi oleh orangtuanya karena sibuk dengan urusan masing-masing.
“Jadi seperti tidak ada yang peduli sama Karim, saya kasihan sama ini anak. Tapi sekarang jadi banyak yang sayang sama Karim,” ujar Diana.
Diana bercerita, saat masih bayi, Karim kerap keluar masuk rumah sakit akibat mengalami gizi buruk.
Baca: Kini Karim Tak Perlu Lagi Berangkat Sendiri dari Kemayoran ke Depok untuk Bersekolah
"Dulu Karim ini bayi gizi buruk, badannya kurus banget. Sejak kecil enggak diperhatikan orangtuanya, makanya langsung saya ambil dan urus dia sejak bayi," kata dia.
Awalnya, Diana bersama sang cucu tinggal di daerah Situ Lio, Depok. Namun, sejak tahun 2016, ia bersama sang cucu pindah ke daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Dengan hasil botol-botol bekas yang dipungutnya, Diana bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari.
Setiap pulang sekolah, Karim selalu menyempatkan diri membantu neneknya untuk memunguti botol-botol bekas tersebut.
“Ditambah saya kan lagi sakit, dia yang jalan kadang pulang sekolah ngangkutin botol-botol bekas. Dia tuh tahu banget kalau neneknya lagi sakit, kakinya dipijetin,” ucapnya.
Diana berharap cucunya dapat menjadi orang yang sukses. Ia mengatakan, cucunya tersebut dapat bercita-cita menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara.
Karim mempunyai impian menjadi tentara karena suka menonton film perang.
“Dia itu suka film perang terus dia selalu bilang ke saya, “Nek, aku nanti mau jadi TNI supaya bisa lindungi Indonesia dan orang banyak',” ucap Diana.
Diana selalu berdoa cucunya dapat menggapai cita-citanya. “Saya mah hanya bisa berdoa saya bisa sekolahin dia sampai nanti dia jadi tentara biar buktiin ke orang-orang kalau orang kecil juga bisa sukses,” tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Karim Pergi Sekolah, Bangun Pukul 03.00 dan Sendirian Naik KRL dari Kemayoran ke Depok".