Cerita Personel Brimob Asrama Petamburan saat Kerusuhan 22 Mei : Amunisi Gas Air Mata Hampir Habis
Amunisi gas air mata yang dilontarkan sejak awal bentrok terus berkurang hingga tersisa dua amunisi gas air mata
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AKP Ibrahim Sadjab masih terbaring di tempat tidur kamar rawat inap RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (29/5/2019).
Pria yang menjabat sebagai Kasubden Kimia Biologi dan Radio Aktif (KBR) Brimob itu membagikan kisah saat mempertahankan asrama Brimob Petamburan yang sempat diserang massa pada Rabu (22/5/2019) dini hari.
Baca: Soal Ucapan Moeldoko 72 Persen ASN Dukung 02, Pernah Diprediksi Lembaga Survei Hingga Diakui Prabowo
Ia bercerita upaya mempertahankan asrama tak mudah.
Sejak pukul 02.00 WIB massa sudah memanggang sejumlah mobil yang terparkir depan asrama dan melempari batu, petasan, bom molotov, hingga botol kaca minuman ke arah personel Brimob.
Ibrahim menuturkan kerusuhan baru mereda sekira pukul 04.30 WIB saat personel penegurai massa dari Polda Metro Jaya membubarkan massa yang datang dari arah Slipi, Jakarta Barat.
"Jam setengah enam pagi Metro 1 (Kapolda) datang, melakukan perundingan dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama. Tidak lama ada perintah dari Kaden (Komandan Detasemen). Jangan ada suara tembakan, bertahan dengan gas air mata. Jadi semampu kami bertahan dengan gas air mata," kata Ibrahim di RS Polri Kramat Jati, Rabu (29/5/2019).
Ketegangan hanya mereda untuk beberapa saat.
Amunisi gas air mata yang dilontarkan sejak awal bentrok terus berkurang hingga tersisa dua amunisi gas air mata.
Lantaran nyaris amunisi gas air mata nyaris habis, Ibrahim mengintruksikan anggotanya untuk menembakan peluru karet ke arah massa guna membubarkan perusuh.
Karena pendeknya jangkauan peluru karet dan susutnya amunisi gas air mata yang diketahui perusuh, massa kembali mendesak barisan depan personel Brimob.
"Saat itu massa di depan kami sudah berkumpul kembali. Sudah lebih banyak, orang-orang tersebut melempar kami dengan batu, botol kaca, sama mercon, bahkan ada yang mengacungkan parang saat itu. Saya enggak lihat jelas, tapi yang jelas ada yang seperti itu," ujarnya.
Imbas bentrok yang terjadi nyaris empat jam pun mulai terasa, kelelahan menggerogoti tubuh seluruh personel Brimob sehingga mereka kembali terdesak mundur oleh massa.
Sadar kalah jumlah dan amunisi, sebagai seorang pemimpin Ibrahim mengintruksikan anggotanya mundur dan masuk kembali ke asrama Brimob Petamburan untuk bertahan.
"Ketika mereka tahu gas air mata sisa sedikit, saya bilang buang sisa dua amunisi itu, kita mundur. Jadi anggota yang nembak peluru karet saya tarik, dengan tujuan mundur saling back up," tuturnya.