Orangtua Pemuda Tewas Dibakar Hidup-hidup di Bekasi Geram, Ingin Lihat Langsung Para Pelaku
"Penginnya sih pengin lihat langsung, bisa tatap muka langsung sama pelaku. Iya semua juga penginnya gitu," katanya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Orangtua pemuda berinisial PA (18) yang tewas setelah dikeroyok dan dibakar oleh delapan remaja di kawasan Bekasi ingin ada hukuman setimpal bagi para pelaku.
Ibu korban, TA (45) meminta pelaku dihukum seberat-seberatnya agar baginya semua menjadi setimpal.
Baca: Kasus Pemuda Dibakar Hidup-hidup di Bekasi : Satu Pelaku Diantar Orangtua ke Polsek Jatiasih
"Ya harusnya bisa kayak gitu hukumannya (hukuman mati), harus setimpal karena anak saya hilang nyawa," ujar Tri di kediamannya di Kota Bekasi, Kamis (13/6/2019).
Diketahui, PA (18) tewas setelah dikeroyok dan dibakar oleh delapan remaja tak dikenal di depan sebuah warung di Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (5/6/2019) lalu.
Saat ini, lima pelaku telah ditangkap mereka diantaranya yakni RAS (17), NS (24), TGP (16), AP (22) dan MH (20).
Sementara, sisa tiga pelaku lainnya masih dalam pengejaran sebagai DPO hingga kini, yakni antara lain pelaku RI, ZK, dan RK.
Lebih lanjut, dirinya berharap pihak polisi juga segera menangkap seluruh pelaku, karena ia ingin melihat secara langsung muka pelaku yang membunuh anaknya tersebut.
"Penginnya sih pengin lihat langsung, bisa tatap muka langsung sama pelaku. Iya semua juga penginnya gitu (semua pelaku ditangkap segera)," jelasnya.
Dia bercerita dan mencoba mengenang saat peristiwa tersebut, kala itu mulanya almarhum Putra izin untuk mengikuti takbiran dengan keliling menuju Monas dan sekitarnya bersama teman-temannya.
“Kronologi saya gak tau pasti ya, tapi dia minta izin pergi jam 10 malam pas besoknya mau lebaran, bilangnya sih mau keliling takbiran ke Monas, Kota Tua dan sekitarnya,” kata dia sambil terlihat matanya berkaca-kaca.
“Dan pas dia pulang jam 4 pagi dianterin pulang saya gak tau juga itu siapa gak kenal, udah ada dalam keadaan luka bakar kita juga panik ya, pokoknya saat itu kondisi dia udah ada yang ngegantiin pakaiannya pakai kemeja dan sweater baru,” lanjutnya.
Tak butuh berfikir lama, sang ibu bersama kakaknya langsung bergegas untuk mengantar almarhum Putra untuk berobat ke rumah sakit, namun awalnya sempat ditolak rumah sakit karena keterbatasan peralatan medis.
“Terus dia cuma pakai sarung aja saya bawa ke rumah sakit jatirahayu gak diterima katanya saat itu dia harus dibawa ke rumah sakit besar soalnya luka bakarnya udah 90% kemudian dibawa ke rumah sakit Polri,” kata dia.
Setelah tiba di RS Polri, almarhum dirujuk ke ruang UGD untuk menjalani ruang operasi guna perawatan secara intensif lebih lanjut.