Warga Binaan Lapas Perempuan Tangerang Ciptakan Produk Kelas Internasional
“Pembinaan yang kami lakukan tentu tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh masyarakat," katanya
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lapas Perempuan Tangerang menggelar program pembinaan kemandirian dan pemberian keahlian untuk warga binaan mereka.
Kepala Lapas Perempuan Tangerang Herlin Candrawati mengatakan, pihaknya membuka banyak kesempatan agar kemampuan dan kemandirian warga binaan senantiasa terus berkembang.
Baca: Maruf Amin : Semoga Sehat dan Terus Berjuang Untuk Membangun Bangsa dan Negara
“Pembinaan yang kami lakukan tentu tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh masyarakat. Kami sangat percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari tiga pilar Sistem Pemasyarakatan dalam pembinaan warga binaan, yaitu pemerintah, warga binaan dan masyarakat,” ujar Herlin melalui keterangan tertulis, Jumat (21/6/2019).
Selama ini, Lapas juga terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai lembaga yang peduli.
Setidaknya pemberitaan media setahun terakhir tercatat kerja sama lapas dengan banyak pihak, antara lain, Dompet Dhuafa, Universitas Syekh Yusuf Tangerang, Universitas Binus, Foundation For International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) sebuah lembaga nirlaba peduli hak asasi yang berpusat di Brussel, Belgia, dan Yayasan TIFA.
Dompet Dhuafa bahkan memiliki program berkelanjutan untuk warga binaan lapas, yakni Program Bina Santri Lapas (BSL).
Sementara, Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas) Sri Puguh Budi Utami, menekankan jajarannya untuk terus mendorong pembinaan kemandirian warga binaan.
Baca: Usut Kasus Century, KPK Panggil Penyidik Lama
”Menjadi tantangan tersendiri bagi Ditjen PAS untuk membina dan mengantarkan warga binaan menjadi terampil dan mandiri di tengah-tengah keterbatasan yang ada," kata Utami.
Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang didirikan 1979 dan mulai difungsikan pada 1982. Lapas ini berkapasitas 250 orang. Namun, seperti kebanyakan LP di Indonesia yang mengalami kelebihan kapasitas.