Konservesi Karya Seni Rupa di Ruang Publik Apresiasi 3 Karya Seni Relief di Eks Bandara Kemayoran
Karya fenomenal yang berada di Eks Bandara Internasional Kemayoran tersebut hingga kini memang masih kurang dikenal oleh masyarakat
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karya seni ruang publik merupakan sebuah karya yang secara khusus diciptakan pada ranah publik.
Karya ini tampil pada ruang-ruang publik untuk memberikan pesan, menambah nilai estetika, edukasi maupun merespon atau bahkan memberikan kritik terhadap berbagai persoalan yang menjadi keresahan publik.
Salah satu karya seni rupa yang diciptakan pada ruang publik adalah karya fenomenal yang berada di kawasan eks Bandar Udara Kemayoran, Jakarta.
Kawasan tersebut saat ini berada pada wilayah pengelolaan PPK Kemayoran.
Ada tiga buah relief yang terdapat pada dinding ruang tunggu VIP Bandara.
"Karya ini dibuat oleh Harijadi Sumodidjojo, Sindoesoedarsono Soedjojono, dan Soerono yang kemudian dalam pengerjaannya didukung oleh Seniman Indonesia Muda (SIM)," kata Direktur Perencanaan dan Pembangunan PPK Kemayoran Riski Renando di lokasi eks Bandara Kemayoran, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Baca: Ertiga Tercatat Paling Moncer Jualannya di Arena Jakarta Fair Kemayoran
Ia mengaku setuju jika relief eks-bandara Kemayoran dijadikan sebagai cagar budaya nasional.
“Harapan saya bangunan eks Bandara Kemayoran dapat dijadikan sebagai cagar budaya karena mewakili bandara internasional pertama di Indonesia," kata Riski.
PPK Kemayoran dan Direktorat Kesenian Kemendikbud berharap agar nantinya ada informasi tertulis secara permanen terkait relief sehingga pengunjung dapat memahami pesan yang dimuat dalam relief tersebut.
Makna Relief
Relief ini dibuat dengan mengusung tema tentang kekayaan Indonesia atas gagasan Presiden Soekarno pada tahun 1957 untuk menyambut tamu negara kala itu.
Kemudian masing-masing seniman meresponnya dengan cerita yang berbeda.
Harijadi Sumodidjojo menggambarkan kekayaan Indonesia dalam rancangan karyanya yang bertema “Flora dan Fauna”.
S. Soedjojono menggambarkannya dalam tema “Manusia Indonesia”. Sedangkan Soerono menceritakan sebuah legenda yang terkenal di tanah Pasundan yaitu “Sangkuriang”.